Analisa Debat Pilkada Banyuwangi: Ipuk-Muji Defensive Strategy, Gus Makki-Ali Ruchi Element Surprise Oleh: Athoilah Aly Najamudin*

20241028_115114.jpg Debat Publik Kesatu Pilkada Banyuwangi 2024

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Penampilan Gus Makki-Ali Ruchi pada Debat Bupati/Wakil Bupati diluar dugaan banyak orang, sehingga pada satu sisi pasangan hanya diusung PKB ini memunculkan element surprising, dan patut dipuji; disisi lain, Ipuk-Mujiono penampilan pada debat lebih banyak defensive strategy atau strategi bertahan dengan banyak kecenderungan menangkis argumen lawan.


Debat calon Bupati/Wakil Bupati semalam disiarkan langsung oleh stasiun televisi JTV. Acara yang berlangsung selama 90 menit. Acara dipandu oleh Mustika Ratna sebagai moderator dalam Debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati yang pertama.


Kegiatan Debat berlangsung mulai pukul 19:00 WIB. Pada debat perdana ini mengambil tema “Memajukan Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Banyuwangi”.


Sedangkan, untuk panelis pada debat ini, Kaprodi S-2 MPI Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA): Muhammad Imam Khaudi, Wakil Rektor 1 Universitas PGRI Banyuwangi: Novi Prayekti, Ketua Senat Universitas Jember: Andang Subaharianto, Penulis sekaligus ASN Guru Pendidikan Agama Islam: Mohammad Faisol, dan Rektor Universitas Bung Karno: Didik Suhariyanto.


Dalam tampilan wacana politik yang semarak ini, debat bukan saja sekedar kontes pengetahuan kebijakan, tetapi di dalam debat mencerminkan kemampuan para kandidat untuk terlibat, membujuk dan mengartikulasikan visi mereka untuk masa depan Banyuwangi. 


Di antara para kedua kandidat pasangan calon Bupati/wakil Bupati Banyuwangi: Ipuk Festiandani Azwar Anas di awal, kurang tenang di dalam menyampaikan visi-misinya. Hal itu terlihat dari gayanya menyampaikan argurmentasinya cenderung dengan text book. 


Padahal, semestinya Ipuk seharusnya lebih tenang, karena isu dan temanya merupakan bidangnya yang mempunyai pengalaman selama menjabat selama kurang lebih 3,5 tahun, seharusnya dapat dikuasai dengan baik.


Meskipun demikian, sebagai petahana Ipuk perlahan dengan tenang, menyampaikan keberhasilan memerkan kinerja selama ini, misalnya: di awal debat perdana ia pamerkan keberhasilan salah satu murid penerima bantuan dari program Banyuwangi Cerdas, hingga catatan beragam penghargaan dari pusat.


Begitu juga dengan Wakilnya, Ir. Mujiono. Pengalaman Birokrasi-nya seharusnya dapat memberikan sentuhan warna baru, terutama melengkapi dari unsur birokrasinya, namun penampilan semalam, mantan sekda Banyuwangi itu, terkesan jauh dari ekspektasi publik.


Bahkan, blunder terjadi ketika menyebut di dalam sesi perencanaan Banyuwangi yang telah dilakukan selama 15 tahun. Tentu saja, hal ini sempat menjadi perhatian kembali oleh Gus Makki.


Disamping itu, Ir. Mujiono setidaknya agak kalem, sambil bergantian menunggu waktu dari Calon Bupatinya, untuk menyampaikan argumentasi, dan seharusnya banyak hal yang dapat di elaborasi, terutama isu-isu yang dianggap krusial, seperti: menjawab isu kekurangan tenaga kerja Kesehatan dari panelis yang menjadi sorotan tajam.


Tetapi, hal itu belum ada jawaban yang kongkrit, dan cenderung text book dengan membaca kembali beberapa programnya. 

Hal ini penting, mengingat isu ini ditunggu dari beberapa tenaga Kesehatan yang meninginkan perubahan, dalam perbaikan sistem tenaga kesehatan.


Disamping itu, Ipuk senantiasa menggunakan program yang populis, seperti UMKM naik kelas. Di awal ia pamerkan data-data penerima bantuan alat usaha, mulai dari program Jagoan Bisnis, Kanggo Riko, hingga teman usaha rakyat.


Melihat paparan hasil itu, tampaknya senantiasa percaya diri dengan mempaparkan keberhasilan, tanpa disentuh dengan pembaruan yang tentu saja, berdasarkan evaluasi kinerja.


Sedangkan, Gus Makki di awal penampilan memunculkan element of surprise atau mengejutkan banyak orang, di awal banyak orang yang under estimate Gus Makki, karena latar belakangnya tidak memiliki pengalaman pengalaman dalam Birokrasi.


Tetapi, pada debat ini, Gus Makki lebih rileks di dalam menyampaikan argumentasi. Bahasa yang digunakan lugas, dan mudah dimengerti banyak orang. Latar belakangnya seorang Kiai ditunjukkan, dengan sikap santun yang mengatur tempo di dalam jual beli argumentas.


Mungkin, kelemahan Gus Makki terletak pada bagaimana mengartikulasi implementasi kebijakan, dengan angka dan data di lapangan. Tetapi, sebagai penantang, Gus Makki dirasa cukup baik, dia cukup mampu mengusai persoalan, banyak argumentasi perubahan yang ditawarkan. Misalnya: diawal debat Gus Makki ingin mengajak kolaborasi perguruan tinggi swasta (PTS) lokal di Banyuwangi, yang selama ini masih kurang diperhatikan oleh pemerintah Banyuwangi. 


Kemampuan di dalam menjawab argumentasi panelis, Gus Makki menjawab pada konteks, berdasarkan realita yang di lapangan. Penampilan yang cenderung menyerang dilihat di beberapa momen debat, misalnya: mengomentari UMKM Naik Kelas dengan menyentil, bukan saja solusi dengan menggelar festival, tetapi Gus Makki menawarkan pemberian modal usaha tanpa jaminan. 


Kekosistenan di dalam menyerang argumentasi, tetap memiliki kelemahan, terutama kemampuan di dalam mengartikulasi kata yang dirasa kurang, kemudian menjelaskan kata-kata sukar masih kurang, dibandingkan pasangan 01.


Sedangkan, calon Wakil Bupati-nya, Ali Ruchi tampil lebih mengimbangi Gus Makki. Artikulasi kata masih kurang, sehingga banyak pemborosan kata yang terjadi dalam moment debat ini. Beberapa kali terlihat, Ali Ruchi memberikan argumentasi melebihi batas dari durasi waktu yang ditentukan oleh KPU. Hal ini bisa menjadi kelemahan, terutama bagaimana manjemen waktu untuk lebih dapat diatur kembali.


Tetapi, kemampuan sebagai birokrat, beberapa kali melengkapi dari pendapat dari Gus Makki, ia sangat lugas mengusai masalah, dan memberikan antitesa narasi argumentasi dari lawan debat.


Kedanti demikian, ada beberapa topik yang menarik yang mencuri perhatian publik pada debat pertama. Pertama, di dalam sesi tanya jawab. Pasangan 01 menanyakan tentang bagaimana deflasi hingga solusi kongkretnya dalam mengkomentari penurunan harga barang dan jasa di suatu wilayah. Fenomena ini terjadi mengangkibatkan daya beli masyarakat menurun. 


Jawaban 02 dirasa belum kongkret, dan terkesan lari dari pertanyaan hingga menunjukkan promblematika di masyarakat, langkah berani Gus Makki dan Ali Ruchi tidak diimbangi dengan landasan teoritis, sehingga terkesan jawaban terlalu mentah dan mudah ditangkis oleh pihak lawan.


Hingga pada kesempatan debat, Gus Makki keselio lidah, dia menyebut deflasi dengan sebutan devaluasi. Hal ini menunjukkan, sisi pengetahuan dan pengalaman Ipuk-Mujiono lebih mempuni.


Tetapi, secara pertanyaan tersebut elitis, dan kurang populis pada masyarakat. Hal demikian, sebetulnya Ipuk Festiandani Azwar Anas, ingin menunjukkan dirinya lebih pengalaman dengan kata-kata sukar dalam ekonomi, kepada lawannya yang kurang memiliki pengalaman di birokrasi.


Kedua, pasangan 02 secara agresif menyerang dua isu yang penting. Pertama, sadar bahwa birokrasi menjadi segmentasi yang strategis di dalam kacamata pasangan 02. Ia menanyakan soal pengangkatan pejabat PLT di lingkungan pemerintah daerah.


Bahkan, Gus Makki menyentil istilah PLT dengan akronim pejabat lillahitalla.

Isu demikian sangat sesentif, sadar bahwa ini serangan yang menukik dari pihak lawan. Jawaban 01 kurang menjawab secara lugas dan terlalu keluar dari jawaban yang ditanyakan oleh pasangan 01.


Cara yang dilakukan dengan tetap bertahan dengan mempertahankan argumentasi, misalnya dengan dalih terjadi moratarium atau jarak penganggakatan terlalu lama oleh pegawai ASN di Banyuwangi. 


Dalil itu selanjutnya, dibantah mentah-mentah oleh Ali Ruchi diujung debat. Ia menyampaikan banyak rekan-rekan yang seharusnya memenuhi syarat, tetapi belum dapat diangkat. 


Perdebatan ini, pasangan 02 berhasil mengkapitalisasi isu PLT dilingkungan pemerintah daerah, dibandingkan pasangan 01, yang telah menjadi bola liar panas di telinga pejabat ASN di Banyuwangi.


Ketiga, isu pemberdayaan CV di Banyuwangi. Tentu, pasangan 02 cerdik di dalam memanfaatkan isu ini, karena hal ini menjadi perhatian kepada para pengusaha yang menyaksikkan debat ini. 


Pasangan 01, tentu sama dilakukan dengan tetap bertahan, dengan menjawab telah sesuai dengan prosedur secara sistem pengadaan online. Hal yang paling menarik, yang menjawab Calon Wakil Bupati, yang notabane pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum, tanpa dilengkapi argumentasi Calon Bupati. 


Adu Argumen terjadi, antara dua birokrat tersebut. Pasangan 02 pun menawarkan hal yang baru, terutama kebijakan diskresi oleh seorang pimpinan, yaitu pengadaan lelang yang nantinya hanya warga desa sekitar, sehingga dapat meningkatkan lapangan kerja, melalui padat karya. 


Meskipun, dibantah oleh pasangan 01, dengan aturan diskresi dilakukan, jika dalam keadaan darurat. Tetapi, hal ini yang baru dalam sebuah argumentasi, dan tentu saja pasangan 02 cerdik, di dalam memanfaatkan momentum yang dapat ditawarkan kepada pengusaha.


Terakhir, isu soal skala prioritas penganggaran daerah. Pertanyaan ini ditujukkan kepada pasangan 02. Meskipun, diawal dijawab secara diplomatis oleh Ali Ruchi, tetapi ada hal yang baru, terutama strategi peningkatan PAD atau pendapatan asli daerah. 


Tawaran 02 lebih kongkret, dengan bukan saja menyusun anggaran yang baik, tetapi tidak disertai dengan peningkatan PAD atau pendapatan asli daerah, maka anggaran tidak dapat dimaksimalkan.


Pasangan 02 juga menawarkan gagasan, mulai dari 3 Miliar per desa diluar DD/ADD, hingga koloborasi pengelolahan Pelabuhan Tanjung Wangi, dengan daerah penyangga Kabupaten tetangga, sehingga memicu peningkatan dari pendapatan daerah.


Ia juga memberikan tawaran, dengan memberikan keluasaan kepada desa, di dalam mengelola anggaran di dalam usulan perencanaan melalui musdes. Pasangan 02, dengan lugas untuk tidak ada lagi program titipan dari pemerintah daerah kepada desa.


Sedangkan pasangan 01, berdalih bahwa pertanyaan itu tidak dapat dimengerti oleh pasangan 02. Skala prioritas penggangaran semestinya dijelaskan secara kongkrit, dengan menyusun skala prioritas program kerja yang disusun di dalam penganggaran.

 

Hal yang luput dari perdebatan ini, nama Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia disebut. Saya mencatat Ipuk Festiandani Azwar Anas menyebut diawal-awal debat, sedangkan Gus Makki mengutip pidato kenegaraan Prabowo di awal pelantikan, jangan terlalu senang ketika melihat angka dan data dalam sebuah statistik.


Saling klaim membawa nama presiden, lumrah terjadi. Terutama, teori coattail effect atau pengaruh ekor jas. Istilah yang merujuk kepada hasil yang diraih oleh suatu pihak dengan tokoh penting atau tersohor.


Hal demikian mafhum, adu klaim kedekatan dengan Presiden Prabowo penting, terutama mengelola strategi marketing politik yang mempengaruhi persepsi di masyarakat bawah.


Pada akhirnya, debat Calon Bupati/Wakil Bupati Banyuwangi merupakan gambaran nyata dari proses demokrasi yang sedang berlangsung di Banyuwangi. Debat ini, sekilas memberikan gambaran tentang pikiran dan gaya mereka yang bercita-cita untuk memimpin, mengingatkan pemimpin pentingnya pengambilan keputusan.


Penampilan Ipuk Festiandani Azwar Anas dengan Ir. Mujiono didukung oleh pengalaman luas di level birokrasi dan menjabat 3,5 tahun belum sepenuhnya efektif, belum banyak hal yang baru yang didapatkan di panggung debat, justru, pasangan ini cenderung tampil lebih bertahan, dengan menangkis beberapa argumen dari lawan.


Disisi lain, penampilan Gus Makki – Ali Ruchi menampilkan element of surprise, pasangan ini tampil dengan cerdik dengan melotarkan dua isu penting di permukaan publik, yaitu : Isu PLT di lingkungan ASN, tata kelola CV, dengan beberapa banyak tawaran terbaru, salah satu tawaran dana 3 miliar per desa, diluar dd/add.


Selanjutnya, masih ada dua debat lagi. Kita menunggu evaluasi dari KPU, terutama soal durasi waktu, yang mungkin dapat ditambah, sehingga meningkatkan argumentasi di dalam memperkaya wawasan terhadap kedalaman visi/misi calon Bupati/Wakil Bupati Banyuwangi mendatang. (*)

*Athoilah Aly Najamudin, Dosen Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Genteng Banyuwangi