BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Potensi kemenangan pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani-Mujiono semakin terbuka lebar. Itu seiring bertambahnya dukungan dari berbagai kalangan, salah satunya yang paling kentara adalah dukungan dari salah satu pondok pesantren terbesar di Banyuwangi, yaitu Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari.
Keluarga besar Ponpes Darussalam asuhan KH. Hisyam Syafaat telah mengeluarkan maklumat kepada seluruh santri, alumni dan wali santri untuk mengawal dan mendukung pasangan calon nomor urut 1 yaitu Ipuk Fiestiandani-Mujiono dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun ini. Deklarasi itu sontak membuat peta persaingan menuju P1 berubah total.
Sebagaimana diketahui, keluarga besar Ponpes Darussalam Blokagung wabil khusus Bani Syafaat basisnya cukup kuat dalam peta politik di Banyuwangi. Basis grassroot selalu mewarnai dan cukup menjadi modal penting dalam pesta demokrasi. Terbukti, di sana ada Hj. Nihayatul Wafiroh, politisi PKB yang juga menjadi anggota DPR RI tiga periode.
Selain itu, juga ada tokoh PKB yang notabene sebagai ketua DPC PKB yaitu KH. Abdul Malik Syafaat. Tetapi, dalam pesta demokrasi tahu ini, sederet tokoh itu berseberangan dalam urusan politik. Faktanya, KH. Ahmad Munib Syafaat yang semula dijagokan untuk maju sebagai calon bupati Banyuwangi malah kalah bersaing dengan KH. Moh. Ali Makki dalam menggenggam tiket dan atau rekomendasi melalui PKB.
Gus Munib, sapaan akrab Gus Munib, akhirnya memilih jalur alternatif. Rektor Universitas KH. Mochtar Syafaat Blokagung itu pun menyatakan sikap mendukung Paslon Bupati-Wakil Bupati nomor urut 1. Sementara itu, pada bagian lain, tokoh di sana yang sudah memiliki posisi strategis dalam urusan politik seperti Gus Malik dan Nduk Nik, sapaan akrab Hj. Nihayatul Wafiroh, tetap mengikuti irama dan intruksi partai untuk memenangkan pasangan calon bupati wakil bupati, KH. Moh Ali Makki – Ali Ruchi atau biasa disingkat Ali-ali.
Skema ini membawa dampak luas bagi peta politik di Banyuwangi. Jika melihat sejarah di masa lalu, Gus Riza Aziziy, adalah putra KH. Hisyam Syafaat yang maju sebagai calon wakil bupati melawan Ipuk Fiestiandani – H. Sugirah pada Pilkada periode lalu. Tetapi, sekali lagi, haluan politik kini tampaknya berseberangan pada momentum kali ini. Tentu saja, secara politik, Gus Riza tentu mengikuti arahan ayahanda tercinta untuk mendukung pasangan Ipuk Fiestiandani – Mujiono.
Maklumat sekaligus deklarasi Ponpes Darussalam Blokagung itu seketika langsung meluber di berbagai pondok pesantren. Sejumlah ponpes lain juga diketahui menyatakan sikap untuk mendukung sang petahana. Ini menunjukkan bahwa ponpes blokagung telah mengawali dan menjadi kartu “joker” di Pilkada tahun ini.
Ya, kesempatan untuk mengusung calon bupati atau wakil bupati dari tokoh internal sendiri tahun ini sudah tertutup. Namun, jika mengacu pada tahun tahun berikutnya, peluang untuk menjadi jago pada Pilkada tahun berikutnya masih terbuka. Salah satunya dengan mendukung dan memenangkan calon incumbent, Ipuk Fiestiandani.
Sebab, sang petahana ini adalah yang terakhir bisa mencalonkan diri sebagai calon bupati. Jika menang, maka kans Ponpes Darussalam Blokagung untuk mengusung calon pada pilkada tahun 2029 mendatang masih terbuka. Pada bagian lain, jika Gus Makki menjadi bupati, kemungkinan Gus Makki kembali nyalon periode kedua tetap akan terbuka dan ini bisa mempengaruhi peluang kecil tokoh internal maju sebagai “kandidat”.
Road maps politik ala Blokagung ini memang perlu dicermati. Pada akhirnya, pilihan politik tahun ini bisa menjadi modal dasar peta politik di masa masa yang akan datang. Gus Munib yang kini masih menjadi rektor, pada pilkada berikutnya juga sudah semakin matang dalam peta persaingan.
Fokus utama Gus Munib selain memenangkan juga dalam rangka untuk mengembangkan sektor pendidikan yang dipimpinnya. Sekarang tidak ada lagi iri, dengki dan caci maki, siapapun yang dijagokan dalam demokrasi seperti pilkada ini wajib dihormati.
Jalur politik sudah dipilih. Pilihan sudah melalui banyak pertimbangan yang matang dan penuh seksama. Siapapun pemenangnya, tentu harapannya untuk kemaslahatan rakyat. Beda pilihan politik adalah yang biasa dan lumrah. Kuncinya, biting paling banyak dalam hitungan di bilik suara itulah pemenangnya. Kini, baik Ipuk Fiestiandani-Mujiono maupun H. Moh. Ali Makki-Ali Ruchi sama sama berjuang dengan segala resikonya, yaitu menang atau kalah. (*)
*Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil Se-Banyuwangi