Profil Laita Roati Masykuroh, Kiper Timnas Wanita Asli Banyuwangi Peraih Trofi AFF Womens Cup 2024

20241206_213019.jpg Pemain Bola Asal Banyuwangi Laita Roati Masykuroh saat Meraih Trofi Best Goalkeeper di AFF Womens Cup 2024 (Foto: LAOFF TV)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Timnas putri Indonesia baru saja menorehkan tinta emas usai merengkuh trofi Piala AFF Wanita 2024 usai menundukkan Kamboja di final. Anak asuh Satoru Mochizu sukses menundukkan Kamboja di laga puncak denhan skor 3-1 di New Laos Stadium, Vientiane, Kamis (05/12/2024).


Dibalik prestasi menggembirakan itu ada sosok Laita Ro'ati Masykuroh, kiper utama timnas. Dara tomboy berusia 24 tahun itu lahir dan besar di Dusun Ringinmulyo, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo. 


Laita Ro'ati merupakan alumnus SMKN 1 Tegalsari dan pernah mengenyam pendidikan strata satu di Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan. Karena kuliah di jurusan itu pula, Laita lebih sering bersinggungan dengan dunia si kulit bundar. 


Puncaknya, pada 2019 bergabung dengan tim futsal kampusnya. Saat ikut futsal itu, Laita langsung berposisi sebagai kiper. 


Kemampuannya menghalau bola masuk ke gawangnya, terus terasah hingga akhirnya banyak tim amatir di Malang mengajaknya berlatih. 


“Dulu saya ikut tim namanya Banteng Muda,” ujar Laita Ro'ati beberapa waktu lalu saat menjajal rumput Lapangan Samudra, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu.


Terus berlatih, Laita bertekat memoles kemampuanya. Ia terus mencari panggung guna memperbanyak jam terbangnya. 


“Sempat ragu karena cuma latihan saja, tidak ada pertandingan, akhirnya semangat lagi karena ketemu tim ini,” ujar perempuan berambut panjang itu.


Di tim ini cewek ini kerap tampil dalam pertandingan persahabatan hingga turnamen. Dan itu membuatnya yakin untuk terjun ke ranah professional. 


“Karena memang suka sepakbola, akhirnya diseriusi. Apalagi ketika ikut pertandingan-pertandingan dapat uang,” ujarnya.


Banjir kesempatan unjuk gigi itu juga, membuat namanya banyak diketahui oleh para pemandu bakat tim sepakbola wanita yang ada di Malang. Karena kerap tampil di turnamen besar itulah yang kemudian berujung pemanggilan untuk bermain bersama timnas.


Pemanggilan itu sempat ragu, karena kompetisi sepak bola wanita di Indonesia masih belum berjalan. Tapi tetap dijalani dan bisa memotivasi untuk bias jalan.


“Meski kompetisinya belum ada, PSSI di bawah kepemimpinan Pak Erik Tohir para pemain yakin akan ada titik terang,” katanya.


Saat masuk timnas, kedua orang tuanya sempat kaget karena khawatir akan terus di jalur atlet dan tidak bekerja sesuai cita-citanya dulu. Namun pada posisi ini, orang tua selalu memberikan dukungan terhadapnya. (ep)