BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengambil langkah cepat untuk membantu para petani cabai menghadapi penurunan harga yang terjadi di beberapa wilayah produsen.
Melalui surat resmi yang dikeluarkan pada 8 Oktober 2024, Bapanas mengumumkan program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) yang bertujuan memberikan subsidi biaya distribusi cabai dari wilayah produsen (surplus) ke wilayah konsumen (defisit). Program ini diharapkan mampu membantu meningkatkan harga beli cabai di tingkat petani.
Dalam keterangan resminya, Bapanas menjelaskan bahwa FDP akan mencakup subsidi untuk biaya transportasi, termasuk biaya bongkar muat, penyortiran, pengemasan, serta biaya penyedia jasa distribusi. Dengan adanya FDP, petani cabai diharapkan bisa mendapatkan harga jual yang lebih baik di tengah situasi harga yang cenderung turun.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) wilayah Banyuwangi dan Jawa Timur, Nanang Triatmoko, menyambut baik program ini. Menurutnya, kondisi harga cabai di Banyuwangi semakin mengkhawatirkan bagi petani, dengan harga jual rata-rata hanya Rp 4.000 per kilogram.
"Melihat kondisi harga cabai di wilayah Banyuwangi yang kian hari membuat petani menjerit karena makin murah, mendorong kami sebagai pengirim atau pemasok melakukan berbagai upaya agar harga beli cabai di tingkat petani dapat naik dan bersaing," ujar Nanang kepada BWI24JAM, Sabtu (12/10/2024) malam, saat pelepasan armada terfasilitasi program subsidi pengiriman di Genteng, Banyuwangi.
Menurut Nanang, fasilitasi distribusi pangan yang diberikan oleh Bapanas merupakan angin segar bagi para pemasok dan petani.
"Ini adalah upaya kami dari AACI Banyuwangi dan Jatim bekerja sama dengan Bapanas untuk meringankan beban pengiriman sehingga harga beli di tingkat petani dapat naik dari yang semula rata-rata Rp 4.000 per kg. Program ini sementara berjalan selama seminggu ke depan dengan target distribusi cabai sebesar 210 ton," ungkapnya.
Distribusi cabai akan dilakukan ke beberapa wilayah konsumen, termasuk Jawa Tengah, Surabaya, dan Jakarta Raya.
"Kami berharap program ini berjalan hingga harga break-even point (BEP) cabai di Banyuwangi dan Jatim tercapai, yaitu Rp 15.000 per kg," tambah Nanang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Arief Setiawan melalui Kabid Perkebunan dan Hortikultura, Pongky Hari Asmara, juga menyampaikan harapannya terkait program ini.
"Diharapkan dengan adanya fasilitasi subsidi distribusi pengiriman Cabai dari Bapanas bekerja sama dengan AACI, dapat meningkatkan harga pembelian cabai di tingkat petani oleh pengirim (pemasok)," ujar Pongky kepada BWI24JAM.
Pongky menekankan bahwa dengan adanya subsidi pengiriman, modal pengirim yang sebelumnya digunakan untuk biaya logistik dapat dialokasikan untuk menaikkan harga beli cabai dari petani.
"Dengan begitu, petani dapat memperoleh harga yang lebih baik dan tetap bisa bersaing di pasar," pungkasnya.
Sementara itu, H. Kholis, seorang petani cabai di Banyuwangi, mengungkapkan adanya perubahan harga di tingkat petani setelah program FDP berjalan.
"Dengan adanya fasilitas subsidi pengiriman ini, pengepul sudah mulai bisa menaikkan harga beli cabai di tingkat petani. Naik dari harga rata-rata sebelumnya," ujarnya.
Program FDP ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih signifikan bagi para petani Cabai yang selama ini kesulitan menghadapi rendahnya harga jual di pasar. (br)