Cerita Ini yang Meyakinkan Masyarakat Kedawung Sraten Akan Keberadaan Makam Prabu Tawang Alun

mkm_bwi2025.jpg Tempat yang Diyakini Sebagai Makam Prabu Tawang Alun oleh Masyarakat Kedawung, Dusun Sidodadi, Desa Sraten (Foto: Eko/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Ritual tumpeng dan takir sewu bakal digelar masyarakat Kedawung, Dusun  Sidodadi, Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi jelang malam 1 Suro. Salah satu tempat yang dipilih menggelar ritual itu adalah Makam Prabu Tawang Alun.


Tak asal muncul. Ternyata kompleks pemakaman yang bertempat di dekat sungai dan areal persawahan itu dibuat berdasarkan cerita turun temurun.


Ketua Pengurus Makam Prabu Tawang Alun Irawan Suyanto menceritakan asal-muasal keyakinan masyarakat Kedawung akan keberadaan makam Raja Blambangan itu. Menurutnya, kisah keberadaan makam Tawang Alun merupakan cerita turun-temurun lintas generasi dan melekat hingga sekarang.


"Ini kan cerita dari generasi ke generasi. Awalnya, Mbah Martoredjo (salah satu sesepuh) dari Yogyakarta mendapatkan sebuah mimpi ketika membabat alas Kedawung (Dusun Sukodadi)," kata Irawan, Kamis (26/06/2025)


Di mimpinya, lanjut Suyanto, Mbah Martoredjo yang kerap berpindah lokasi ketika membuka alas belantara diminta untuk berhenti di sebuah tempat. Tempat itu terdapat aliran sungai yang melewati dan diyakini sebagai makam Prabu Tawang Alun.


"Ketika datang, kedua makam ini sudah ada seusai dibabat oleh Mbah Martoredjo. Makam itu berada tepat berada di pinggiran sungai dan sesuai dengan mimpi. Yang diyakini sebagai makam Prabu Tawang Alun," ujarnya. 


Selain menyatakan eksistensi makam lewat pemugaran, kegiatan besar sempat digeber disini. Salah satunya, kegiatan Kirab Budaya Tumpengan dan Takir Sewu yang pernah diadakan pada tahun 2017 silam.


Irawan menyebut ada sejarah dibalik digebernya hajatan akbar saat itu. Menurutnya, ada perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang sengaja datang ke tempatnya mencari makam Prabu Tawang Alun.


"Kemudian dihantarkanlah tiga orang perwakilan dari Disbudpar itu oleh tokoh masyarakat bersama kepala desa menunjukkan makam Prabu Tawang alun di Kedawung," ujar ya.


Perwakilan Disbudpar, lanjut Irawan, kemudian mengadakan suatu ritual dari Kediri dengan membawa takir. Kemudian diletakkan sebuah bunga dalam takir yang kemudian disulut sebuah api.


"Muncul api setinggi dua meter yang membara layaknya api unggun," tambahnya. 


Ritual itu ternyata ditujukan berdasarkan petunjuk dari kontingen yang kesurupan saat mengikuti event budaya di tingkat Provinsi Jawa Timur. Kontingen itu, kata Irawan, membawakan cerita kolosal berjudul "Langit Mendung di Atas Kedawung" yang lelakon utamanya Prabu Tawang Alun.


"Karena ada suara (kontingen kesurupan) yang menyatakan adanya makam Prabu Tawang Alun di Kedawung maka mereka (Perwakilan Disbudpar) datang ke sini," jelasnya.


Dari sinilah keyakinan masyarakat Sukodadi makin menguat. Dan menggelar event tersebut untuk mengenalkan makam Prabu Tawang Alun yang mereka yakini ke khalayak luas.


Selain makam Prabu Tawang Alun turut terdapat makam leluhur masyarakat Kedawung bernama Mbah Darwi. Letaknya pun bersandingan.


Disampingnya juga terdapat pohon tua yang disebutkan sebagai pohon Lo, pohon berusia ratusan tahun.


"Dari dulu sudah ada di dekat makam Prabu Tawang Alun. Pohon Lo masyarakat sini menyebutnya. Kerap jadi ritual masyarakat menarik pusaka atau benda tak kasat mata," kata Irawan. (ep)