Kasus Perundungan Siswi MTsN di Banyuwangi Berlanjut, Ibu Korban Lapor Polisi

polresta_banyuwangi_bwi24jam_2025.png Markas Polresta Banyuwangi (Foto: BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Kasus dugaan perundungan yang menimpa AL, seorang siswi salah satu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Banyuwangi, kini memasuki fase baru. Sang ibu resmi melaporkan pelaku berinisial JA ke Polresta Banyuwangi pada Jumat (02/05/2025) setelah upaya mediasi di tingkat desa menemui jalan buntu.


Mediasi sebelumnya difasilitasi oleh tiga pilar Desa Sumbersewu, namun tidak dihadiri oleh pihak keluarga JA, sehingga penyelesaian secara kekeluargaan tidak tercapai.


Dalam proses pelaporan, pihak keluarga AL menyerahkan sejumlah dokumen penting seperti Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran. Bukti tersebut diberikan untuk menepis tuduhan keji yang menyebut AL sebagai anak haram dan hasil dari hubungan terlarang, seperti yang diduga disebarkan oleh JA.


"Kemarin saya telah melaporkan JA ke Polresta Banyuwangi, di hadapan petugas saya menyerahkan beberapa berkas seperti KK dan Akta Kelahiran anak saya," ujar ibu AL, Sabtu (03/05/2025).


Ia menjelaskan bahwa keluarganya sangat terpukul dengan tuduhan tersebut. Apalagi, suaminya telah meninggal sejak AL masih duduk di bangku sekolah dasar. 


"Dia sejak kecil tidak merasakan kasih sayang dari seorang ayah, bayangkan saja tiba-tiba ada seseorang yang dengan jahatnya mengatakan anak saya adalah anak haram. Awalnya saya anggap hal ini karena ketidaktahuan si pelaku dan hanya candaan semata, namun setelah melihat tidak ada itikad baik dan rasa bersalah dari pelaku dan keluarganya, saya mulai menganggap persoalan ini serius," bebernya.


Meski begitu, keluarga korban masih membuka ruang damai. Mengingat mengingat kedua pihak merupakan tetangga dan tidak pernah memiliki riwayat saling bermusuhan. 


"Kami tidak pernah bertengkar dengan mereka, bahkan keluarga kami dulu memberikan dukungan pada usaha keluarga mereka. Sampai saat ini pun sebenarnya saya tidak tega kepada JA dan keluarganya, saya hanya menunggu itikad baik dan mereka menyadari bahwa perilaku (bullying) itu salah," tutupnya. (*)