
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Ada tiga pelajar asal Kecamatan Silo, Kabupaten Jember yang bersekolah ke SMK Negeri 1 Kalibaru, Banyuwangi. Ketiganya turut terdampak penutupan jalur Gumitir yang menjadi akses satu-satunya menuju sekolah.
Ketiganya kini harus berangkat lebih pagi. Menempuh rute alternatif yang membelah perkebunan kopi di lereng Gunung Gumitir, tepatnya ruas Garahan - Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo. Selain jalur berbatu dan terjal waktu tempuh yang dibutuhkan cukup panjang.
Setidaknya dibutuhkan waktu 1 jam perjalanan bagi ketiga siswa itu menuju SMK Negeri 1 Kalibaru, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi. Lebih lambat 30 menit dari waktu awal saat melintasi jalur Gumitir.
Mau tak mau mereka harus melahap rute alternatif tesebut sejak diberlakukannya penutupan jalur Gumitir, Kamis (24/7/2027).
"Total ada 13 siswa asal Jember yang bersekolah disini. Dari jumlah tersebut 3 diantaranya naik kendaraan bermotor (pulang pergi). Sedangkan 10 siswa lainnya ngekos," ujar Waka Kesiswaan SMKN 1 Kalibaru, Nurhayati, Jumat (25/7/2025).
Ketiga siswa itu, jelas dia, berasal dari Desa Garahan dan Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Sejak jalur Gumitir ditutup, ketiganya tetap bersekolah melintasi jalur alternatif.
Untuk itu, masih kata dia, mereka bangun lebih awal karena jam masuk sekolah dimulai pukul 06.45 WIB. Meski rute yang dilalui lebih panjang, akan tetapi tak ada catatan keterlambatan ketiga siswa tersebut.
"Alhamdulillah mereka tetap semangat dan tidak ada catatan terlambat. Memang sudah membiasakan diri untuk berangkat lebih pagi," ungkapnya.
Pihak sekolah sudah ancang-ancang ihwal penutupan jalur Gumitir menyangkut siswanya yang berasal dari kabupaten sebelah. Salah satunya menyediakan fasilitas menginap jika siswa merasa letih.
Sejumlah fasilitas itu meliputi tempat tidur, toilet hingga tempat ibadah. Semuanya menggunakan fasilitas yang dimiliki sekolah guna langkah antisipatif.
"Ada rumah dinas yang bisa dipakai untuk beristirahat. Ada kamar, toilet dan mushola yang bisa dimanfaatkan siswa. Kita akan lakukan pendampingan jika mereka memanfaatkan fasilitas istirahat yang disediakan," cetusnya.
Tak hanya siswa, Nurhayati menyebut ada guru yang turut terdampak penutupan jalur Gumitir. Nyaris senasib, mereka juga haus menempuh jalur alternatif untuk bisa sampai ke sekolah.
Kendati begitu baik guru maupun siswa memiliki jiwa semangat tinggi. Sehingga, penutupan itu tak begitu dipermasalahkan justru diubah menjadi letupan semangat.
Untuk diketahui preservasi jalan Nasional oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali berupa perbaikan jalan dijalur Gumitir atau ruas Sumberjati - batas Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Km. 233+500 atau yang sering di kenal sebagai tikungan Mbah Singo. Ruas jalan ini menjadi salah satu titik rawan kecelakaan dan longsoran yang memerlukan penanganan serius dan segera.
Masyarakat pun diimbau untuk melalui jalur alternatif yang telah disediakan lantaran penutupan yang akan berlangsung selama dua bulan kedepan. Terhitung mulai hari Kamis tanggal 24 Juli hingga 24 September 2025. (ep)