Kisah Perjuangan Penambang Belerang di TWA Kawah Gunung Ijen, Demi Rupiah untuk Mencukupi Keluarga

ijjjn.jpg penambang jasa untuk pengunjung "ojek troli". di jalur pendaki kaah ijen. (FOTO: Istimewa)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi-Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen tidak asing lagi terdengar ditelinga Penduduk Indonesia. Yang mana Salah satu destinasi wisata ini sering dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun Maupun Mancanegara, Gunung Ijen berlokasi di antara 3 Kota/Kabupaten provinsi Jawatimur yakni Kota Banyuwangi, Situbondo dan Kota Bondowoso.

Selain dikenal sebagai tempat wisata yang memiliki keindahan Alamnya, Destinasi wisata ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga menjadi salah satu jujukan oara wisatawan. Apalagi selain kondisi alam Asri, Gunung ijen juga memiliki kawah terasam di penjuru Dunia karena mengandung Zat Sulfur atau yang sering dikenal " Belerang".

Sebelumnya untuk mencapai ke puncak wisatawan yang berkunjung harus mendaki dengan jarak tempuh yang sangat lumayan jauh, tak jarang wisata penuh adrenalin ini menjadi pilihan orang yang memiliki hoby mendaki Gunung.

Namun dibalik itu semua selain menawarkan sejuta keindahan alamnya, ada cerita penduduk lokal yang berjuang demi mendapatkan uang untuk mencari nafkah keluarganya setiap hari menambang Belerang.

 Salah satunya yakni penambang asal warga asal Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Hasan ( 57 ) Tahun Yang kesehariannya berprofesi sebagai penambang belerang.

Saat ditemui dan diwawancarai bapak satu anak ini berprofesi sebagai penambang sudah 38 Tahun, meskipun pekerjaan yang ia lakukan ini tidak mudah dan penuh kehati - hatian saat bekerja demi untuk mencukupi keluarga di rumah.

Saat ditemui, Hasan bercerita sedikit tentang yang ia alami selama sebagai penambang.

"Sungguh berat, saya memulai pekerjaan ini mulai sekitar tahun 1980 lalu, demi mencukupi kebutuhan keluarga saya memilih untuk menjadi penambang Belerang". Kata Hasan saat ditemui.

Dalam ceritanya, Hasan juga menyampaikan awal dirinya bekerja sebagai penambang saat berumur 19 Tahun, karena pekerjaan ini sama dilakukan orang tuanya dulu.

Ayah satu anak ini bisa dibilang penambang belerang senior diantara para penambang belerang lainnya. Apalagi ia menggeluti pekerjaan ini sudah 38 Tahun.

"Pada saat itu sulit untuk mendapatkan pekerjaan lain, dan rata - rata penduduk di sekitar rumahnya. pekerjaan sehari-harinya dengan berkebun dan menambang belerang,". Kata Hasan.

Lantaran pekerjaan yang gampang langsung mendapatkan hasil (Keuntungan) hanya dengan menambang belerang.

"cukup, dijual kepada pengepul belerang di Pabrik, Langsung terima Uang". Ungkapnya

Alasan lain ia memilih menambang, karena hampir 100 persen selain berkebun warga sekitar merupakan pekerja penambang belerang.

"melihat para tetangga di rumah, Hampir semuanya bekerja sebagai penambang. Dari pada kesusahan dapat pekerjaan sehingga saya memilih pekerjaan ini untuk mendapatkan Uang". Terang Hasan

Dari awal dirinya bekerja sebagai penambang dia juga menjelaskan bahwa sebanyak 400 orang lebih menambang belerang.

"400 orang lebih dari usia muda ataupun tua, berprofesi sama seperti saya,". Kata Hasan

 
Potrait aktivitas pekerja menambang belerang

Meskipun langsung mendapatkan upah dari pabrik, dari pengalaman pertamanya tidak mudah bekrja sabagai penambang dan tidak semudah yang dia Bayangkan sebelumnya. Pasalnya harus besusah payah mendaki ke puncak Gunung Ijeng lokasi pengambilan belerang.

Hasan harus menempuh perjalanan dengan berjalan naik dan menurun. Dengan rute yang sangat terjal setiap dua hari sekali saat Bekerja.

Biasanya, dia berangkat dari rumah mulai pukul 10 malam, dan kembali pulang kerumahnya dengan membawa belerang jam 5 sore di esok Harinya.

"tak kuat kalau setiap hari, jadi satu hari menambang, sehari saya gunakan untuk istirahat dirumah". Ungakapnya

Dulu masih usia muda, Setiap hasil belerang yang dia ambil dan di bawa ke Bawah sekali angkut mencapai 100 Kilogram masih kuat. Kalau di usia sekarang Hasan mengurangi beban Belerang yang dia ambil.

"tidak seperti sekarang jalan akses sudah beraspal, dulunya saya harus berjalan kaki dari area yang sekarang digunakan sebagai lahan parkir kendaraan kurang lebih jarak tempuh sejauh 17 Kilometer. Dari Kawah untuk sampai ke pos bawah,"Ucapnya.

Semasa Hasan menambang dia juga menceritakan suka duka yang ia rasakan.

"tak jarang resiko saat berjalan ke atas mengalami hambatan seperti terpeleset, alhamdulillah akibatnya hanya luka lecet saja". Katanya

Tidak hanya itu saja, kalau sudah kondisi musim (Cuaca) Hujan penuh hati - hati. Apalagi jalur menuju lokasi terjadi longsor dan asap belerang yang keluar mengganggu mata dan pernapasan.

"Bagaimanapun kondisinya, saya selalu bersabar menjalani pekerjaan ini. Apalagi langsung dibayar". Kata hasan dengan wajah tersenyum.

Lanjut cerita Hasan, Di Usianya yang sekarang Hasan yang dulunya mampu untuk menambang belerang 100 kilogram dengan kondisi sekarang dirinya hanya Mampu setengahnya.

"Karena tudah tua, hanya mampu 50-70 Kilogram Saja". Pungkas Hasan

Sementara itu, Dari harga jual belerang kepada pengepul perkilonya dihargai RP. 1.250. Tentunya dengan harga segini. pastinya tak sepadan dengan nilai sangat kecil dari pada resiko yang harus di ambil para penambang.

"Mau bagaimana lagi, cukup atau tidaknya dengan nilai segitu saya harus tetap harus terima. Demi mencukupi kebutuhan keluarga seperti makan dan kebutuhan lainnya". Tutur Hasan

Dengan jutaan keindahan yang dimiliki alam Gunung ijen mampu sedikit mengurangi rasa capek para penambang. Apalagi saat malam, dengan melihat keindahan Blue Fire (Api Biru) menjadi hiburan tersendiri para penambang belerang saat beraktifitas mengambil belerang.


Selain menambang belerang, Hasan juga menyampaikan dalam kesehariannya juga memelihara ternak dan berkebun untuk mengisi aktifitas dirumah saat tidak pergi menambang.

"Saat tidak pergi menambang belerang, biasanya saat dirumah saya beternak dan berkebun. Dan hanya ini yang bisa saya manfaatkan saat libur". ucap Hasan

Kegiatan lain selain mendaki berprofesi sebagai penambang, dia bersama dengan teman-temannya juga membuka jasa angkut wisatawan mendaki maupun saat turun ke pos bawah menggunakan Troli miliknya.

"lumayan, jika pengunjung atau wisatawan yang menggunakan jasa "Ojek Troli". Biaya jasa ojek adalah Rp.800.000 ( PP ), kalau naik saja biayanya hanya Rp. 600.000 sampai RP. 700.000 dan itu dibagi 3-4 Orang pendorong". Kata dia

Berbeda lagi Hasan mengatakan, "jika biaya turun hanya Rp. 200.000 sampai Rp. 300.000 lebih murah karena mendorong sendirian". Imbuhnya.


Hasan menyampaikan bahwa kondisi tambang belerang tidak seperti dulu, pasalnya saat sekarang susah mendapatkan belerang. Perubahan itu Penyebabnya karena faktor alam, Volume air danau kawah sering naik sehingga terdapat sumbatan pada pipa.

"hanya tersisa 50 orang atau lebih yang saat ini masih aktif menambang, selain itu airnya sekarang lagi naik. Panas seperti air mendidih. Jadi harus hati - hati". Katanya

Selain mengurangnya pekerja yang menambang belerang, sekarang juga minim penerusnya.

"Para pemuda lebih memilih pekerjaan lain, disamping penuh resiko pekerjaan juga sangat berat. Anak saya saja saya larang, karena sesuai yang saya rasakan sela
Menambang berat dan beresiko". Ungkap Hasan

Tidak hanya berat dan beresiko, menurut Hasan jaminan kesehatan dan keselamatan dari pihak pabrik. Karena penambang belerang hanya pekerja lepas bukan seperti karyawan pabrik.

"Pabrik hanya memberikan alat menambang dan hanya menerima setoran hasil pengambilan belerang. Dan hanya satu pabrik yang ada disini", jelasnya.

Meskipun dari dulu ia dan bersama teman se profesi ingin sekali mendapatkan angsuran jaminan kesehatan dan keselamatan saat bekerja. Karena dari dulu jika terjadi insiden kecelakaan saat menambang tidak menjadi tanggung jawab Pabrik.

"Dulu pernah kejadian beberapa tahun lalu , saat itu banyak media yang telah memberitakan insiden itu. ada seorang penambang mengalami insiden kecelakaan saat bekerja dan meninggal dunia. Oleh pihak pabrik hanya memberikan Santunan aja".tutup Hasan, Cb