
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – PT Pertamina melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan energi dengan meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Rumah Literasi Indonesia, Dusun Gunung Remuk, Desa Ketapang, Rabu (18/12/2024).
Program ini merupakan bagian dari inisiatif Desa Energi Berdikari (DEB) yang dirancang untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di komunitas lokal sekaligus mengurangi emisi karbon.
PLTS yang diresmikan memiliki keunikan desain, yakni panel surya dipasang menyerupai atap. Konsep ini tidak hanya menghadirkan energi ramah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah dengan menciptakan area multifungsi sebagai tempat parkir sepeda.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi model inovasi untuk penerapan energi bersih di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Sebagai salah satu penerima manfaat program ini, Rumah Literasi Indonesia telah lama dikenal sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berbasis integrated farming.
Founder Rumah Literasi Indonesia, Tunggul Harwanto, menjelaskan bahwa lembaganya berfokus pada pengembangan kegiatan masyarakat yang mendukung ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan.
"Kami memiliki kebun berbasis integrated farming untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat sekitar. Selain itu, kami juga mengelola bank sampah dengan konsep digital, di mana setiap kilogram sampah dihargai Rp 250. Semua aktivitas ini bertujuan menciptakan sistem yang berkelanjutan bagi masyarakat," ujar Tunggul kepada BWI24Jam, Rabu (18/12/2024).
Rumah Literasi juga telah mengadopsi teknologi modern melalui smart greenhouse berbasis Internet of Things (IoT). Sistem ini memungkinkan pengelolaan suhu, kelembapan, dan pengairan secara otomatis untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
"Dengan adanya PLTS dari Pertamina, kami dapat mengurangi biaya listrik yang sebelumnya cukup besar. Energi yang dihasilkan dari PLTS ini akan digunakan untuk mendukung operasional Rumah Literasi, termasuk sistem IoT di smart greenhouse kami," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Alia Anggraini, Manager IT Tanjung Wangi, menyoroti pentingnya memanfaatkan potensi energi surya di Indonesia.
"Dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki dua musim, radiasi matahari dapat dimanfaatkan secara maksimal, baik di musim panas maupun musim hujan," jelasnya.
Menurut Alia, program ini tidak hanya bertujuan untuk efisiensi energi, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
"Kami berharap program ini dapat terus berkembang dan diimplementasikan di wilayah-wilayah lain, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak masyarakat," tambahnya.
Luthfi dari Team SRE Pertamina New & Renewable Energy menjelaskan bahwa potensi energi surya di Indonesia sangat besar, mencapai 207,8 GW.
“Penggunaan energi surya menghasilkan sumber listrik terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” paparnya.
Namun, Luthfi juga mengingatkan pentingnya perawatan panel surya dan baterai untuk memastikan umur pakai yang lebih panjang. “Peralatan ini memiliki nilai investasi yang besar, sehingga diperlukan perawatan rutin agar tetap optimal. Kami harap Rumah Literasi dapat menjaga fasilitas ini sehingga manfaatnya dapat terus dirasakan,” ungkapnya.
Luthfi juga memberikan penjelasan kepada peserta tentang prinsip kerja PLTS, mulai dari cara panel menyerap radiasi matahari, mengubahnya menjadi listrik, hingga cara penyimpanan energi dalam baterai. Edukasi ini penting agar mitra binaan dapat memahami cara memanfaatkan dan merawat fasilitas yang ada.
Program PLTS ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara Pertamina dan Rumah Literasi Indonesia dalam mendukung energi terbarukan dan pemberdayaan masyarakat.
Keberadaan PLTS tidak hanya memberikan manfaat ekonomi melalui pengurangan biaya listrik, tetapi juga menjadi model edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya energi ramah lingkungan.
Dengan PLTS yang kini hadir di Rumah Literasi Indonesia, harapan besar disematkan agar konsep ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak.
Tidak hanya untuk mewujudkan Desa Energi Berdikari, tetapi juga untuk membangun kesadaran kolektif terhadap energi terbarukan demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (br)