
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pesinauan Sekolah Adat Osing mewakili Jawa Timur dalam program Kuratorial Laku Hidup sebagai salah satu rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2023.
Pesinauan menampilkan karya tari dan inklusifitas berjudul 'Pecari', yang melibatkan anak-anak perempuan berkolaborasi dengan para pemuda difabel, pada Minggu (15/10/2023) di Kedung Serangon Desa Kemiren, Banyuwangi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun ini menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang mengusung tema "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan".
Rangkaian Kegiatan PKN 2023 berlangsung sejak Juni 2023 di berbagai wilayah Indonesia dan puncaknya akan digelar di Jakarta pada 20-29 Oktober 2023.
Khusus terkait Program Kuratorial Laku Hidup PKN 2023, acara digelar di 15 kota di Indonesia: Tanah Datar, Bandar Lampung, Bekasi, Solo, Samarinda, Banjarmasin, Makassar, Timika, Jayapura, Gorontalo, Pulau Seram, Bandung, Semarang, Jakarta, dan Banyuwangi.
Pekan Kebudayaan Nasional adalah upaya negara dan masyarakat dalam membangun wadah kerja bersama untuk melahirkan ruang-ruang keragaman berekspresi dan dialog antar-budaya.
Di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memfasilitasi ekosistem kebudayaan sebagai garda terdepan dalam pemajuan kebudayaan Indonesia.
Pementasan Pecari oleh Pesinauan Sekolah Adat Osing digelar di tepian sungai. Panggung sederhana ditempatkan di atas aliran banyu (sungai) Gulung, di Desa Kemiren, Banyuwangi.
Pengarep Pesinauan atau Kepala Sekolah Adat Osing, Slamet Diharjo menjelaskan bahwa Pecari adalah akronim dari kata "pencak" dan "tari".
Secara simbolik pecari juga merupakan nama bunga yang banyak digunakan sebagai salah satu "peras", perangkat ritual persembahan untuk leluhur dalam masyarakat adat Osing.
"Pertunjukan ini sepenuhnya diilhami dari khazanah ritual tradisi pada masyarakat adat Osing. Inspirasi paling utama pertunjukan ini berasal dari ritual tradisi Pencak Sumping di dusun Mondoluko, desa Tamansuruh, Banyuwangi," tutur Cak Samsul, sapaan akrab Slamet Diharjo.
Tradisi bela diri tradisonal masyarakat adat Osing ini menjadi ikon ritual adat bersih desa di wilayah tersebut. Selain itu secara simbolik juga ditampilkan sosok hewan mitologis, Barong. Hewan mitologis tersebut merupakan salah satu perangkat ritual utama dalam upacara adat Osing di Desa Kemiren Banyuwangi.
"Pertunjukan yang berbasis pada tradisi dan ritual masyarakat adat Osing ini menampilkan anak-anak dengan latar belakang yang beragam dan melibatkan kaum muda berkebutuhan khusus," jelasnya.
Setiap orang yang terlibat dalam pertunjukan ini menampilkan kemampuan dan potensinya masing-masing. Setiap orang berbeda, setiap orang berperan serta. Menari bersama. Bergembira bersama. Turut serta melumbung memajukan kebudayaan. Bersama-sama merawat bumi merawat kebudayaan. (rq)