
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Angin puting beliung merusak setidaknya empat rumah di Dusun Krajan Barat, Desa/Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Terjangan angin disertai hujan lebat meruntuhkan kontruksi atap rumah peninggalan zaman kolonial yang dihuni empat kepala keluarga (KK).
Insiden itu terjadi pada awal pembukaan tahun (01/01/2025) sekitar pukul 16:30 WIB. Kencangnya tekanan angin disertai hujan intensitas tinggi membuat atap empat rumah ambruk.
Insiden itu nyaris mengubur Liman Wibisono (76), salah satu pemilik rumah yang kebetulan berada di dalam. Ia nyaris tertimbun reruntuhan atap jika tak cepat-cepat lari menyelamatkan diri.
"Sebelum atap ambruk ada suara gemuruh yang itu datangnya dari timur. Lalu angin menghantam rumah dan atap tiba-tiba ambruk. Kebetulan saya ada di ruang tamu," katanya, Jumat (03/01/2024).
Meski selamat, bahu Liman sempat tertimpa reruntuhan atap dan menyebabkan luka linu pada bahunya. Beruntung luka itu segera sembuh dengan bantuan baluran bobok dan sedikit pijatan.
Liman hanya tertegun lesu menatap atapnya yang kini berhiaskan langit. Atap tua dengan material kayu usang dan bambu itu luluh lantak diterjang angin dan hujan lebat.
"Tinggal menyelamatkan sisa kayu yang ada. Untuk barang didalam sebagian tak sampai hancur terkena reruntuhan. Jadi masih bisa dipakai meskipun kasur harus dijemur supaya bisa dipakai kembali," ucap Liman.
Selain Liman, masih ada tiga KK lain yang senasib. Diantaranya, Sandu Totok Kurniawan, Buatin dan Majasi yang masih sanak famili dengan Liman.
Mereka tinggal dalam satu bangunan dipisahkan dengan sekat terbuat dari triplek. Akan tetapi atap mereka menjadi satu kesatuan bangunan yang ikut runtuh bersamaan.
Selepas ambruk, keempat kepala keluarga itu mengungsi karena belum bisa ditempati. Ada yang menginap di tetangga, ada juga yang tinggal sementara di rumah saudara. Menunggu proses perbaikan atap rampung.
Kepala Desa Singojuruh Suharto menyatakan, pemerintah desa bersama BPBD bakal memberikan bantuan material untuk proses pembenahan atap rumah warganya itu.
"Sudah kami lakukan asesmen bersama BPBD setelah kejadian itu. Nanti akan kami berikan bantuan berupa material untuk membangun kembali atap yang rusak," katanya.
Selain paket bantuan material pemerintah desa turut memberikan santunan berupa sembako. Suharto menambahkan bangunan itu memang sudah tua dan dimungkinan sudah lapuk.
"Itu bangunan memang sudah tua dan berdiri di atas tanah milik perusahaan penggilingan padi sejak tahun 1948," katanya.
Rumah itu dulunya diperuntukkan bagi karyawan penggilingan padi dan turun temurun ditempati oleh keluarga. Sebagian ada yang masih bertahan, sebagian sudah berpindah ke hunian baru.
"Tinggal beberapa warga saja yang tinggal disitu. Kalau dulu disebutnya tanah kongsen. Memang sudah lama usia bangunan tersebut," tutup Suharto. (ep)