
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Status waspada atau level II Gunung Raung tak bergeser sejak Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan statusnya 18 Desember 2023. Status waspada ini bisa dibilang paling lama disandang gunung setinggi 3332 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Status waspada paling lama pernah disandang Gunung Raung pasca-erupsi besar di tahun 2015. Erupsi yang terjadi pada bulan Juli itu menyebabkan penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
"Paling lama (status waspada) bertahan di 9 bulan sejak erupsi tahun 2015 silam. Habis itu turun. Statusnya sering naik turun sejak saat itu namun ini yang paling lama. Besok sudah genap setahun," ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung Burhan Alethea, Selasa (17/12/2024).
Pada periode pengamatan aktivitas vulkanis yang dilakukan pada bulan Maret 2024, terpantau gempa tremor secara terus menerus (microtremor) dengan amplitudo 0.5 sampai 3 mm.
Tercatat sebanyak 44 hembusan yang keluar dari kawah gunung dan 26 gempa tektonik yang terjadi selama periode pengamatan. Status Raung kembali tak bergeming dari level waspada.
Kemudian Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan surat tertanggal 03 Oktober 2024 yang menyatakan Gunung Raung masih berstatus waspada. Penetapan itu berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas vulkanik sejak tanggal 16 hingga 30 September 2024.
Berdasarkan pengamatan visual, Gunung Raung masih rutin mengeluarkan asap dengan ketinggian sekitar 50 hingga 100 meter dari atas puncak.
“Dari evaluasi dua mingguan, kondisi itu masih sering terekam di Gunung Raung, ” kata Burhan saat itu.
Ditambah lagi masih dijumpai aktivitas kegempaan pada Gunung Raung baik gempa tektonik maupun gempa Tremor di periode pengamatan.
“Selama dua minggu terjadi 466 kali gempa hembusan, 66 kali gempa tektonik jauh, dan 15 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 hingga dua milimeter," tambah Burhan.
Lanjut pada laporan PPGA Raung ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tertanggal 16 Desember 2024 terjadi gempa hembusan sebanyak 13 kali dengan amplitudo 4-17 mm dengan durasi 22-57 detik, 2 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus (microtremor) dengan dengan amplitudo 0.5-17 mm, dominan 2.5 mm.
"Dari awal bulan hingga saat ini secara gradual terjadi peningkatanan aktivitas. Jadi kalau awal bulan gempa tremor itu amplitudo di 0.5 mili saat ini dominan 2,5. Tapi levelnya tetap di waspada," kata Burhan.
Burhan menambahkan, indikator peningkatan itu juga tercatat dari satelit GPS yang merekam peningkatan aktivitas Gunung Raung. GPS merekam adanya sumber tekanan pada kedalaman 80 meter.
Dari pengamatan itu juga terekam adanya pergerakan magma dari dalam gunung.
"Ditambah lagi saat ini musim hujan jadi asap itu yang keluar itu lebih putih dan intensitasnya sering keluar. Ini menandakan adanya pertemuan antara gas dan air yang masuk melalui celah-celah. Itu menandakan adanya proses naik (magma) ke permukaan," jelasnya.
Meski berstatus waspada, letusan atau erupsi masih berpotensi terjadi sewaktu-waktu. Karena itu, kata Burhan, diharapkan penduduk tetap menjauh berjarak radius 3 kilometer dari bibir kawah.
"Dikarenakan dari awal bulan sampai saat ini gempa tremor dominan secara gradual terus menunjukan kenaikan dimohon untuk warga memperhatikan dan mengikuti rekomendasi dari kami bahwa jarak aman radius 3km dari pusat kawah erupsi," ungkapnya.
Burhan tak bisa memprediksi kapan statusnya bisa bergeser ke Level I atau normal. Mengingat aktivitas kegempaan yang masih berlangsung selama masa periodik pengamatan.
Erupsi terakhir, lanjut dia, terjadi pada Juli 2022 yang menghasilkan kolom erupsi setinggi 1.500 meter dari atas puncak.
“Ini cukup lama, hampir setahun. Tapi tidak bisa diprediksi bisa lebih lama atau justru dalam waktu dekat turun. Dan besok sudah genap 1 tahun status waspada ini disandang Gunung Raung," tandasnya. (ep)