Penjual Cilok dan Gorengan di Banyuwangi Pilih Slow Ae Tanggapi Kenaikan Gas Elpiji 3 Kg

penjual_cilok_di_kembiritan_genteng_bwi2025.jpg Oyin, Pedagang Cilok yang Biasa Mangkal di Pinggir Jalan Raya Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi (Foto: Eko/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram menjadi Rp18 ribu per tabungnya mulai Rabu 15 Januari 2025 besok. Kenaikan itu mendapat tanggapan beragam dari sejumlah kalangan tak terkecuali pelaku usaha kecil menengah (UMKM) di Banyuwangi.


Pelaku UMKM itu salah satunya seorang  penjual aci dicolok alias cilok bernama Oyin.  Dirinya secara pribadi belum mengetahui mengenai kebijakan kenaikan harga itu.


"Baru tahu kalau mau naik. Justru kenaikan itu saya dengar dari sampeyan," ujar pedagang cilok yang biasa mangkal di pinggiran jalan Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Selasa (14/01/2025).


Oyin justru tak mau ambil pusing dan menganggap kenaikan itu sebagai hal yang lumrah. Sebagai pedagang kecil tak ada yang bisa dilakukan selain menerima kenaikan harga tersebut.


"Yo piye maneh mas (ya gimana lagi mas). Mau naik ya biarkan naik gitu aja. Gak usah dibuat pusing, slow ae," kata dia.


Oyin yang sudah menekuni usaha ini sejak pandemi Covid-19 juga tak akan mengurangi takaran apalagi menaikkan harga cilok yang dijual. Ia tak mau ambil risiko diomeli bahkan bisa ditinggal pelanggannya.


"Regane panggah (harganya tetap) to mas. Nanti kalau dinaikkan bisa dicelatu sama pelanggan," ungkapnya.


Dalam sehari Oyin setidaknya membutuhkan dua tabung gas elpiji 3 kilogram. Elpiji itu ia peroleh di toko kelontong dengan harga Rp.18.000 per tabung. Atau selisih Rp2.000 dari HET lama senilai Rp16.000.


Akbar Suryadi salah seorang penjual gorengan di wilayah Purwoharjo mengaku baru tahu adanya kenaikan harga gas melon hari ini. Akan tetapi saat dirinya membeli LPG 3 kilogram pagi tadi, harganya belum naik. Masih senilai Rp18 ribu per tabung di warung langganannya.


Untuk harga gorengan sendiri, per bijinya dipatok olehnya seharga Rp500 s/d Rp750. Walaupun terdapat kebijakan menaikkan harga ia  pun belum memiliki rencana untuk menaikkan harga gorengan yang dijualnya.


"Harga gorengan tetap sama. Belum kepikiran mau menaikkan harga," katanya.


Jikalau dilakukan kenaikan itu bisa berdampak tak baik bagi usahanya. Mengingat penjual gorengan tidak hanya dia seorang di wilayahnya tetapi banyak. Alih-alih menaikan bisa-bisa dikeluhkan bahkan ditinggal oleh pelanggan.


"Makanya kalau naik ya harusnya bareng-bareng sama pedagang lain," tegasnya.


Untuk itu Akbar tak ingin ambil pusing dan memilih santai menanggapi kenaikan itu. Toh mengeluh seperti apapaun ia tetapi harus menggunakan elpiji 3 kilogram sebagian penyangga usaha kecil yang digelutinya.


"Santai wae mas penting masih dapat untuk walaupun dikit-dikit. Mau naik silahkan saja," pungkasnya. (ep)