Aduh, Serangan Jamur Bikin Petani Jeruk di Tamanagung Banyuwangi Terancam Gagal Panen

petani_banyuwangi.png Petani Jeruk di Desa Tamanagung, Kec. Cluring, Banyuwangi Tunjukkan Jamur yang Menyerang Pohon (Foto: Istimewa/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Panen di depan mata pudar tatkala serangan hama berupa virus yang membawa jamur terhadap ratusan pohon milik petani Dusun Sagat, Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Ada 100 pohon milik Rozak (30), petani setempat terancam gagal panen akibat terserang virus jamur.


Rozak menyebut buah jeruk yang mulai menghijau mulai berjatuhan di bawah pohon. Warnanya pun berubah kekuningan pucat pasi.


Ia menyatakan tak ada harapan keberlangsungan hidup ratusan pohon jeruk diatas lahan seluas satu hektare tersebut.


“Sudah gak ada harapan ini, hampir 90% kena. Kalau sudah begitu buahnya gak bisa matang,” kata Rozak, Minggu (27/04/2025).


Menurut Rozak, kondisi serupa dialami sekitar 50 orang petani jeruk di Desanya. Pohon-pohon jeruk diserang jamur hingga membusuk dan akhirnya mati.


“Penyebabnya bakteri, virus dan mungkin karena jamur. Akibatnya batangnya membusuk, buah menguning dan rontok,” jelasnya.


Akibat serangan jamur tersebut, Rozak merugi hingga Rp. 50 juta lantaran buah jeruk miliknya tidak bisa ia panen tua, sehingga harga yang didapat tidak sepadan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.


“Gak bisa tua karena belum matang itu sudah rontok, dipanen muda ya buat minuman itu. Harganya sekitar Rp. 3.500 - Rp. 4.000 itu kalau jual BL,” lanjut Rozak.


Padahal, pada musim ini harga jeruk tergolong baik yakni diangka Rp. 8.000 per kilogram. Jeruk miliknya baru berbuah sebanyak dua kali, kata Rozak pohon-pohon jeruk miliknya itu seharusnya bisa panen hingga 4 kali dalam satu musim dengan usia produktif hingga 15 tahun.


“Harusnya masih bisa panen sampai umur 15 tahun bahkan lebih, ini umurnya baru 2 tahun lebih. Kalau sudah busuk cara satu-satunya ya ditebang pohonnya,” ungkap Rozak dengan nada kesal.


Penularan virus tersebut tergolong cepat, dalam hitungan hari satu lahan seluas 1/4 hektar miliknya langsung terinfeksi dan berlanjut ke lahan-lahan jeruk miliknya yang lain. Kondisi serupa juga dialami oleh sejumlah lahan jeruk lainnya di desa tersebut.


“Semua mengeluhkan kondisi ini, belum ada arahan atau petunjuk dari penyuluh pertanian. Kami sudah berupaya berbagai cara mulai menggunakan obat-obatan sampai konvensional tapi kondisinya tetap sama,” tutup Rozak.


Akibat kondisi ini, suplai jeruk dari kabupaten Banyuwangi terancam turun. Banyuwangi dikenal sebagai produsen buah jeruk yang cukup besar setelah Jember, yang mampu mengisi pasar-pasar buah besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bali. (ep)