
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Masyarakat Banyuwangi perlu bersiap menghadapi fenomena bediding, di mana suhu udara malam hingga menjelang pagi terasa lebih dingin meskipun sedang musim kemarau.
Fenomena ini sering terjadi pada bulan-bulan tertentu dan biasanya lebih terasa di daerah pegunungan, namun juga dapat dirasakan di dataran rendah. Udara pada malam atau pagi hari saat periode ini akan terasa sangat dingin. Sedangkan, terik sinar matahari di siang hari biasanya menyengat.
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Anjar Triyono Hadi, menjelaskan bahwa bediding merupakan fenomena yang normal dan berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau. Fenomena ini biasanya muncul sekitar 3-4 bulan, mulai dari Juni hingga Agustus.
"Mungkin masyarakat kita merasakan suhu udara pada malam hari udara terasa sangat dingin apalagi hingga menjelang pagi hari. Itu terjadi pada musim kemarau relatif normal, itu bisa kita sebut fenomena bediding," kata Anjar, pada Senin (25/06/2024).
Fenomena ini mencapai puncaknya pada bulan Juli, di mana saat angin yang bersifat dingin dan kering yakni angin monsun Australia mengalir melewati wilayah-wilayah Indonesia.
"Angin ini melintas beberapa wilayah Indonesia terutama yang dekat dengan Australia seperti Jawa bagian selatan, Bali, hingga Nusa Tenggara akan terasa lebih dingin dari biasanya," terangnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk menyiapkan fisik guna mencegah penyakit seperti flu, diare, infeksi saluran pernapasan, dan muntaber. Perubahan suhu yang tiba-tiba dari panas menjadi dingin bisa mempengaruhi kesehatan.
"Adanya fenomena bediding ini ada perubahan suhu dari panas tiba-tiba menjadi dingin, maka diimbau memakai jaket pada malam hari dan menjaga kondisi tubuh kita," ujarnya.
Selain itu, disarankan agar menjaga pola makan yang baik dan mengonsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Fenomena bediding, meskipun normal, tetap memerlukan kesiapan fisik agar masyarakat tetap sehat. (rq)