Temui Anak Muda Banyuwangi, Rahma Arifa Muhaimin Gaungkan 14 Februari Sebagai Momentum Perubahan

20240207_142513.jpg Rahma Arifa Muhaimin dalam Acara Rara Bicara di Banyuwangi (Foto: Luthfi/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – Rahma Arifa Muhaimin putri Calon Wakil Presiden RI nomor urut 1 Muhaimin Iskandar menggelar acara talkshow bertajuk “Rara Bicara” yang diselenggarakan bersama komunitas Gerilyawan Mengubah di Resto Daipoeng Blimbingsari, Selasa (06/02/2024).


Dihadiri ratusan anak muda dan mahasiswa, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari roadshow komunitas anak muda Ubah Bareng “Ekspedisi Perubahan” yang sudah diselenggarakan di 25 kota di Pulau Jawa dan membahas berbagai topik seputar anak muda dan perempuan.


Dalam talkshow yang juga dihadiri Cak Imin dan Hari Akbar Apriawan jubir muda Timnas Amin itu, Rara (sapaan akrabnya) menyebut bahwa Pemilu 14 Februari mendatang sebagai momentum perubahan yang harus diperjuangkan oleh anak-anak muda yang peduli terhadap nasib bangsa dan negara.


Sebab dia mengemukakan bahwa demokrasi hari ini sedang tidak baik-baik saja, telah terjadi penggerusan demokrasi dan kebebasan berpendapat.  


"Dan ini yang menjadi momentum, momentum untuk berubah, momentum untuk perubahan. Dan pas banget ada kebetulan, cara untuk merubahnya di depan mata. 14 Februari 2024 mendatang ini sebenarnya momentum untuk berubah," ungkap Rara.


Terkait fenomena gerakan salam 4 jari atau golput di kalangan anak muda, Rara menjelaskan pandangannya yang menghormati kerangka berpikir dan rasa kritis tersebut.


“Aku tuh hormat sama temen-temen golput sebenarnya. Bukan karena golputnya, tetapi golput itu tanda adanya keresahan, itu tuh perlawanan anak muda yang gak percaya, yang resah. Kok calon sama-sama aja, kok gagasan sama-sama aja,” tuturnya.


Namun lebih lanjut, Rara tetap menghimbau anak muda yang hadir, untuk tetap memberikan suaranya dengan berpikir kritis melakukan riset untuk menimbang kembali keputusan golput tersebut.


Selama acara berlangsung, peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasannya, termasuk disampaikan Anwar, salah seorang mahasiswa UNAIR Banyuwangi yang skeptik menyoal substansi dari kegiatan roadshow “Ekspedisi Perubahan” dan juga menanyakan insight yang ditampung dari kegiatan ini.


Menanggapi peserta tersebut, Rara menyampaikan bahwa dalam perjalanannya menemui banyak sekali anak muda dan elemen masyarakat lainnya; seperti petani, nelayan dan guru. Terdapat banyak sekali keresahan yang ditampung dan dinilainya sebagai permasalahan simpel, mendasar dan berulang (klasik), namun sampai hari ini belum bisa dituntaskan.


“Pupuk, anak muda (susah akses) lapangan kerja, biaya pendidikan, akses pendidikan (keresahannya) selalu berulang. Sama soal guru-guru, soal kurikulum yang selalu berganti, itu hampir konsisten di setiap daerah kalau ada guru pasti keluhannya adalah kurikulum yang selalu cepat berganti, dan kesejahteraan guru, gajinya guru ngaji," terang Rara.


"Dan yang paling utama kebebasan berpendapat, jadi garis besar dan menjadi narasi yang selalu digaungkan di hampir setiap kota. Ketakutan terhadap bebas berbicara dan bebas berpikir. Kelihatannya ga ada tapi ternyata itu menjadi kerasahan bersama selama ini,” imbuhnya. (*)


Penulis: M. Rizky