
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pekan ini, harga pedesan alias cabai di Banyuwangi cenderung naik. Kenaikan harga menurut tengkulak disebabkan sejumlah faktor.
Satu diantaranya adalah tingginya permintaan cabai rawit dari luar kota. Adalah Jakarta dan Bali yang permintaannya tak bisa direm sehingga harga ikut terkerek.
Annasuha (48), salah satu pengepul atau tengkulak yang menjadi penyuplai pasar, kenaikan harga ini terjadi akibat kurangnya pasokan cabe rawit, terutama untuk pasar besar di Jakarta dan Bali.
Meski beberapa daerah lain juga tengah panen, permintaan yang tinggi menjelang bulan Ramadan menurutnya turut mendongkrak harga cabai rawit. Berkurangnya jumlah petani cabe rawit membuat stok semakin terbatas.
"Kami kesulitan mendapatkan pasokan yang cukup. Permintaan terus meningkat, apalagi mendekati bulan Ramadan. Sementara itu, jumlah petani cabe rawit semakin berkurang," ujar Annas, Sabtu (22/02/2025).
Ia juga mengeluhkan semakin menipisnya stok cabai di Banyuwangi yang membuatnya kewalahan mencari barang. Untuk saat ini, suplai cabai lebih banyak berasal dari luar kabupaten.
Meski begitu, cabai rawit dari Banyuwangi tetap menjadi primadona di pasar Jakarta. Selain kualitas, tampilan cabai dari Banyuwangi banyak diminati.
"Jenis cabe ori dari Banyuwangi adalah yang paling dicari di pasar Jakarta karena kualitasnya lebih bagus dibanding daerah lain," tambahnya.
Ia menjelaskan kenaikan yang dimulai sejak sepekan terakhir. Cabai rawit semula berkisar Rp47 ribu per kilogramnya. Saat ini terkerek sampai Rp70 ribu perkilogram.
Dalam sehari, ia membutuhkan setidaknya 7 kuintal sampai 1,5 ton cabai untuk dikirim ke Jakarta dan Bali.
"Kebutuhan itupun masih kurang karena minimnya hasil panen disini," tambahnya. (ep)