Para Pihak Terkait Diskusi Soal Blue Fire Kawah Ijen di Lounge Disbudpar Banyuwangi (Foto: Istimewa/BWI24Jam)
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Fenomena blue fire atau api biru di Kawah Ijen dilaporkan padam setelah akses menuju dapur belerang atau pipa aliran gas ditutup sejak Sabtu, 1 November 2025. Fenomena alam langka ini selama ini menjadi daya tarik wisatawan, baik lokal maupun internasional.
Akibat padamnya fenomena tersebut, muncul pro dan kontra dari berbagai pihak. Menindaklanjuti kondisi ini, digelar audiensi dan duskusi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi pada Rabu (05/11/2025).
Dihadiri oleh General Manager Geopark Ijen Abdillah Baraas, perwakilan Disbudpar Banyuwangi, Kepala TWA Kawah Ijen Sigit Hari Wibowo, BBKSDA, PT Candi Ngrimbi selaku pemilik izin pemanfaatan belerang Kawah Ijen, BPBD, agen tour & travel, perwakilan pemandu wisata, serta perwakilan Dinas Kesehatan.
Fenomena blue fire berada di area penambangan belerang yang dikelola PT Candi Ngrimbi. Akses ke titik tersebut ditutup karena aktivitas wisata yang meningkat dianggap menghambat produksi belerang. Banyaknya wisatawan yang turun hingga ke area blue fire berdampak pada penurunan hasil produksi.
Di sisi lain, fenomena blue fire merupakan salah satu daya tarik utama pariwisata Kawah Ijen, terutama bagi wisatawan internasional.
“Ada dua kepentingan untuk produksi belerang dan kepentingan pariwisata. Kepentingan pariwisata ada atraksi api biru, sedangkan perusahaan ingin produksinya lancar. Ini dua sisi kepentingan dan semuanya ingin berjalan berbarengan,” kata Abdillah kepada BWI24Jam.
Terkait keputusan final mengenai pembukaan kembali akses blue fire, Abdillah menyatakan bahwa belum ada keputusan dari pihak terkait. Geopark Ijen menggunakan audiensi ini untuk mengumpulkan pandangan dari para pemangku kepentingan.
“Saat ini kita belum bisa memutuskan, tetapi tadi kita bisa mengambil sampel apakah dilanjutkan atau tidak,” kata Abdillah, Rabu (05/11/2025).
Dalam audiensi, muncul dua pandangan. Sebagian pihak menilai akses tidak perlu dibuka karena mengganggu produksi tambang belerang dan risiko kecelakaan wisatawan cukup tinggi. Sementara pihak lain menginginkan akses tetap dibuka dengan standar prosedur operasional (SOP) yang ketat agar kepentingan ekonomi penambang dan sektor pariwisata tetap berjalan.
“Tahun ini harus segera dirapatkan kesepakatan apakah akses api biru akan dibuka atau ditutup, karena ini isu yang berulang tiap tahun,” jelas Abdillah.
Ia menambahkan bahwa Kawah Ijen memiliki pesona lain yang dapat dikembangkan selain blue fire.
“Kita sudah perlu transisi, Ijen tidak hanya dilihat dari api birunya. Kita punya danau asam terbesar di dunia berwarna hijau tosca yang mudah didaki,” ungkapnya.
Abdillah menegaskan bahwa fenomena api biru bersumber dari alam dan tidak berlangsung selamanya.
“Api biru itu fenomena alam, berasal dari gas sulfur yang cukup signifikan dari Kawah Ijen. Ini alam, mau tidak mau suatu saat pasti berhenti (padam),” ucapnya.
Selanjutnya, pembahasan mengenai akses dan kebijakan pengelolaan fenomena blue fire akan dirapatkan lebih lanjut bersama para pimpinan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (rq)

