Lahan Padi yang Terdampak Banjir di Wilayah Kecamatan Muncar, Banyuwangi (Foto: Eko/BWI24Jam)
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – Banjir yang melanda wilayah Kecamatan Muncar, Banyuwangi, tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga menghantam sektor pertanian. Belasan hektare lahan padi dan tanaman hortikultura di Desa Kedungringin dan Kedungrejo dilaporkan rusak akibat terendam air dan lumpur.
Berdasarkan data terbaru Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi melalui BPP Muncar, banjir menyebabkan kerusakan pada padi siap panen seluas 6,5 hektare, serta, padi umur sekitar 80 hari seluas 5 hektare. Selain itu, tanaman hortikultura juga terdampak, meliputi melon seluas 1 hektare dan cabai seluas 1 hektare, termasuk seperempat hektare cabai yang sudah memasuki masa panen.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) BPP Muncar, Eko Kusfandi, mengatakan dampak banjir terhadap sektor pertanian cukup signifikan. Dalam kondisi normal, produksi padi bisa mencapai 5 ton per hektare. Dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sekitar Rp6.500 per kilogram, potensi nilai produksi per hektare mencapai Rp32,5 juta.
“Jika dihitung untuk padi siap panen seluas 6,5 hektare, estimasi kerugian kotor bisa mencapai sekitar Rp211,25 juta,” ujar Eko Kusfandi.
Selain kehilangan hasil panen, petani juga menanggung kerugian dari sisi biaya produksi. Untuk lahan sekitar 1,5 hektare, biaya tanam padi per musim diperkirakan berkisar antara Rp18 juta hingga lebih dari Rp30 juta tergantung harga benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, serta biaya olah tanah dan panen.
Di tingkat lapangan, dampak banjir dirasakan langsung oleh petani. Salah satunya Hasan Basri, petani asal Desa Kedungringin, yang sawahnya seluas sekitar 1,5 hektare terendam banjir saat sudah memasuki masa panen. Akibatnya, hanya sekitar 20 persen padi yang masih bisa diselamatkan, sementara sisanya rusak tertutup air dan lumpur.
“Air datang cepat. Senin sore jalan di depan rumah sudah tergenang, menjelang Magrib air naik sampai pinggang orang dewasa. Kami terpaksa mengungsi,” kata Hasan.
Ia menambahkan, dari panen yang tersisa pun kualitas gabah menurun sehingga berpotensi dibeli di bawah HPP. Meski demikian, Hasan menyebut sebagian tanaman padi di sekitar lahannya yang belum memasuki masa panen masih berpeluang diselamatkan, meski kondisinya nyaris tertutup lumpur.
Saat ini, petani bersama petugas pertanian masih melakukan pendataan lanjutan sekaligus upaya penyelamatan tanaman yang memungkinkan. Petani berharap ada langkah penanganan konkret agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap musim hujan. (ep)

