
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Aksi dugaan perundungan yang dialami oleh siswa SMP 17 Agustus 1945 Muncar, Banyuwangi, AK (14) dan RAK (14) dibantah dengan tegas oleh sang Kepala Sekolah, Yuliati. Dirinya menegaskan bahwa pengakuan perundungan yang dialami oleh siswa asal Muncar dan Srono itu tidak benar.
“Informasi yang beredar terkait pengakuan kedua siswa yang mengalami perundungan itu tidak benar. Hal itu sudah dilakukan mediasi dan disimpulkan sebagai kesalahpahaman,” ujar Yuliati kepada BWI24JAM, Kamis (29/2/2024).
Melalui proses mediasi yang telah dilakukan pada Selasa (27/2) antara pihak sekolah dengan wali murid korban, terduga pelaku pemukulan hingga mengundang Babinsa dan Bhabjnkamtibmas Desa Blambangan, Muncar itulah duduk permasalahan akhirnya diketahui.
“Sebelumnya tidak ada laporan dari korban terkait keduanya menjadi korban dugaan perundungan oleh sesama siswa. Tiba-tiba saja tanpa ada konfirmasi ke pihak sekolah, korban didampingi pihak yang mengaku dari LSM membuat pengakuan di salah satu radio swasta di Banyuwangi,” jelas Yuliati.
Yuliati juga membantah terkait pihak sekolah yang tidak menggubris kedatangan orang tua RAK pada Senin (26/2) lalu. Pihaknya sudah menyampaikan akan menemuinya (orang tua RAK) setelah rapat yayasan selesai.
“Kebetulan saat orang tua RAK datang, pihak sekolah sedang ada kegiatan rapat bersama yayasan. Setelah rapat usai, yang bersangkutan (orang tua RAK) sudah pulang dan justru esoknya muncul pemberitaan pengakuan RAK dan AK yang menjadi korban dugaan perundungan di salah satu radio,” jelasnya.
Melalui proses mediasi yang telah dilakukan baru diketahui permasalahan awal yang mengakibatkan adanya tindak pemukulan kepada RAK pada saat jam istirahat. Dirinya juga menegaskan tidak ada pengeroyokan seperti yang diakui oleh RAK sebelumnya.
“Memang ada pemukulan, namun tidak ada pengeroyokan. Bahkan saat itu juga pelaku sudah meminta maaf kepada RAK. Hal tersebut juga baru diketahui setelah proses mediasi dilakukan antara kedua belah pihak,” tegasnya.
Menyoal pemukulan yang terlanjur terjadi, Yuliati mengaku pihaknya kecolongan dan sangat menyesalkan tidak adanya laporan dari murid yang mengaku melihat insiden tersebut hingga kabar dugaan perundungan itu mencuat di permukaan.
“Kami menyesalkan saat kejadian tidak ada yang lapor, termasuk dua anak yang menjadi korban itu. Justru membuat pengakuan di luar yang membuat keadaan menjadi ramai,” sesalnya.
Setelah proses mediasi selesai, pihaknya langsung membuat berita acara yang kemudian disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Bidang SMP.
“Laporannya telah diterima Pak Kabid sekaligus meminta arahan. Upaya sekolah berikutnya mendatangi keduanya (RAK dan AK) agar mau kembali lagi bersekolah dan kami jamin keamanannya.
Secara terpisah, RAK dan AK mengaku sudah enggan untuk kembali bersekolah. Meski sempat masuk setelah proses mediasi, keduanya kini mengaku sudah tidak nyaman lantaran masih mendapat cibiran dari teman sebaya.
“Saya merasa gak nyaman dan ingin pindah sekolah saja, sudah bilang ke orang tua begitu,” ujar RAK di hadapan BWI24JAM, Kamis (29/2/2024).
Dirinya merasa masih takut bila harus datang ke sekolah lagi meskipun dari pihak sekolah sudah menjamin keamanannya.
“Takut jika di luar sekolah dicegat oleh pelaku maupun yang lain. Intinya tidak mau ke situ (SMP 17 Agustus 1945 Muncar) lagi,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh AK saat bertemu dengan awak media. Dirinya juga ogah jika harus kembali ke sekolah itu lagi.
“Orang tua juga sudah menawarkan lindah sekolah, sudah tidak ada keinginan masuk lagi. Diminta kembalipun (oleh pihak sekolah) saya sudah tidak mau,” pungkasnya. (br)