Ada Masjid Berbentuk Kabah di Banyuwangi, Dilengkapi Hajar Aswad Tiruan Berisi Batu Meteor

ada_replika_kabah_di_banyuwangi2025.jpg Masjid Kabah Darussalam Puncak Replika Baitullah Dilengkapi Batu Suci Hajar Aswad Tiruan dari Batu Meteor (Foto: Eko/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Masjid di Banyuwangi direplikasi mirip seperti Ka'bah. Dibangun sejak tahun 2007, masjid ini dibuat persis meniru bangunan Ka'bah lengkap dengan batu suci Hajar Aswad.


Bangunan ini resmi dipergunakan tahun 2015. Masjid berdiri diatas lahan seluas 1 hektare milik Pondok Pesantren (PP) Darussalam Puncak. Tepatnya di Dusun Sumberurip, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung.


Inisiator dibalik pembangunan ini adalah KH Abdul Malik Syafaat. Tinggi dan luas bangunan pun dibuat semirip mungkin. Mulai dari tinggi bangunan sampai ukuran tiap-tiap sisinya.


Masjid ini juga dilengkapi batu suci Hajar Aswad dalam bentuk tiruan. Terpasang pada sisi bangunan masjid. 


Uniknya, batu yang terpasang berasal dari batuan meteor yang diperoleh dari kolega KH Abdul Malik Syafaat. Jumlahnya ada delapan buah, sama persis dengan jumlah Hajar Aswad yang ada di Ka'bah.


KH Abdul Malik Syafaat menyebut pembangunan surau ini terinspirasi dari buku sejarah Makkah karangan Dr. M. Ilyas Abdul Ghani. Ia ingin menduplikasi bentuk Ka'bah ke bangunan masjid lantaran rasa kangen dan decak kagumnya terhadap Baitullah.


"Selepas menunaikan ibadah haji tahun 2000 saya merasa kangen dan rindu akan Ka'bah. Lantas dalam hati terinspirasi untuk membuat bangunan masjid sepeti Ka'bah. Lalu mencari referensi dan akhirnya ketemu buku karangan Dr. Ilyas Abdul Ghani," kata KH Abdul Malik Syafaat, Selasa (04/3/2025).


Berpengang pada buku itu kemudian Abdul Malik Syafaat mewujudkan impiannya mendirikan surau diatas pesantren yang ia asuh. 


"Baik lebar, panjang, dan tingginya ini insyallah sesuai dengan Ka'bah. Terus jarak antara hijir Ismail dan makam Nabi Ibrahim yang sudah kami buat replikasi-nya juga sesuai dengan yang ada di sana (Ka'bah)," sambung KH Abdul Malik Syafaat.


Sementara bebatuan replikasi Hajar Aswad diperoleh Abdul Malik Syafaat dari seorang teman pada tahun 2021. Yang diklaim olehnya bebatuan itu merupakan batuan meteor asli.


"Saya dapat batu meteor dari teman asal Magelang yang juga ahli geologi. Beliau berkeyakinan jika baru Hajar Aswad itu merupakan batu meteor. Maka dia menyumbangkan batu meteor sebanyak 8 buah," terangnya.


Untuk konstruksi bangunan atau materialnya diperoleh dari beberapa tempat. Salah satunya dari wilayah Jember. Untuk bebatuan marmer yang menjadi alas atau lantai masjid berasal dari Tulungagung.


Selain ungkapan rasa rindu, Abdul Malik Syafaat menyebut tujuan pembangunan masjid berbentuk Ka'bah untuk mengembalikan fungsi surau sebagai fasilitas belajar, tempat rekreasi hingga tempat istirahat. Terbukti, semenjak dikenal luas masyarakat, surau tak pernah sepi dari kunjungan.


"Kalau rerata kunjungan pertama pada hari bisa sampai 200 orang yang asalnya dari berbagai penjuru, mulai dari anak sekolah sampai agen wisata religi. Jika ramadan ini biasanya puncak kunjungan di akhir Ramadhan," ucap ulama yang juga Ketua DPC PKB Banyuwangi tersebut. 


Abdul Malik Syafaat menambahkan jika surau  sempat dipergunakan ribuan jemaat calon haji asal Banyuwangi melakukan manasik haji. Karena bentuknya yang mirip dan luasnya bangunan masjid memudahkan calon jemaat  menjalani manasik.


"Pernah kabupaten Banyuwangi melakukan manasik haji disini. Seluruh jamaah di Banyuwangi di Masjid Ka'bah Darussalam Puncak ini," ungkapnya. (ep)