Alumni IPNU Banyuwangi Nyatakan Penolakan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

9ipnu.jpg Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (MA IPNU) Kabupaten Banyuwangi Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional (Foto: Istimewa/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pengusulan presiden kedua Republik Indonesia Soeharto menjadi pahlawan nasional mendapat penolakan dari berbagai kalangan. Di antaranya dari generasi muda Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Presidium Cabang Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (MA IPNU) Kabupaten Banyuwangi.


“Bagi kami, rekam jejak Soeharto tak sepatutnya diganjar sebagai pahlawan nasional. Terlalu banyak catatan kekerasan yang dilakukannya beserta para kroninya selama berkuasa 32 tahun,” kata Ketua MA IPNU Banyuwangi, Lukman Hadi Abdillah, Rabu (05/11/2025).


Pernyataan yang dilontarkan pada acara Haul Muasis dan Pejuang IPNU Banyuwangi di Desa Pengantigan, Kecamatan Rogojampi itu, dibubuhi dengan beragam kisah tragis selama Orde Baru. Menurutnya, sedari awal kepemimpinan Soeharto, banyak tindak kekerasan terhadap rakyat. Bahkan, tak sedikit berujung pada kematian.


“Pada masa itu, IPNU tidak luput dari dampak kebijakan represif Soeharto. IPNU yang dianggap sebagai bagian dari kekuatan politik NU, kemudian PPP, yang merupakan lawan politik rezim kala itu, juga mengalami tekanan,” ujar pengasuh Majelis Taklim Ababil, Genteng tersebut.


Lukman lantas mengutip sejumlah cerita para senior IPNU Banyuwangi yang pernah mengalami represi Orde Baru yang dimuat dalam buku “Pelajar Bergerak: Fragmen Sejarah IPNU Banyuwangi” karya Ayung Notonegoro. Dalam buku tersebut, diceritakan bagaimana IPNU harus berurusan dengan tentara saat ingin menggelar acara.


Seperti halnya yang dialami oleh Lukman, kader IPNU Kabat, pada 1982. Saat sedang melaksanakan Konferensi PAC IPNU Kabat, tiba-tiba dirinya disusul mobil jeep yang dikendarai tentara. Ia lantas digelandang ke Koramil dan ditahan dua hari lamanya tanpa ada kejelasan.


“Belum lagi kader-kader IPNU yang harus dibongsai karirnya saat menjadi ASN. Seperti yang dialami Haji Misbah, alumni IPNU angkatan 60-an. Hanya karena orang NU, secemerlang apapun prestasinya, karirnya sebagai guru tak pernah beranjak. Bahkan, disalip murid-muridnya,” imbuh Lukman. 


Cerita-cerita tersebut, jelas Lukman, hanya sebagian kecil dari berbagai tindak kekerasan selama Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Ada banyak lagi tragedi kemanusiaan yang berujung pada berbagai pembunuhan, baik di Banyuwangi ataupun di luar Banyuwangi.


“Sungguh kita akan amat berdosa jika membiarkan begitu saja, manusia dengan jejak sekelam itu ditasbihkan sebagai pahlawan nasional,” tegasnya. (*)