
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Banyuwangi masih menjadi tantangan serius. Bahkan, Banyuwangi menempati posisi kedua tertinggi se-Jawa Timur setelah Jember.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes), AKB tahun 2023 mencapai 179 kasus dan AKI 28 kasus. Di tahun 2024, angka AKB sedikit menurun menjadi 177 kasus, namun AKI tetap di angka 28 kasus. Sementara hingga Mei 2025, sudah tercatat 78 kasus kematian bayi.
Kepala Dinkes Banyuwangi, Amir Hidayat, mengungkapkan bahwa tingginya angka tersebut dipengaruhi oleh “3 terlambat”: terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk, dan terlambat penanganan.
"Jadi pada saat ibu hamil resiko tinggi terus kemudian persalinan ada kegawatdaruratan yang seperti ini harus segera dideteksi dan dirujuk, tidak boleh kemudian ditangani di bidan peran mandiri atau di puskesmas harus dirujuk ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter spesialis," kata Amir, Rabu (14/05/2025).
Yang kedua, lanjut Amir, biasanya ada keterlambatan dalam rujukan terkait waktu, maka ia meminta ada mobil siaga yang siap sewaktu-waktu untuk membawa ke rumah sakit.
"Ketiga keterlambatan dalam penanganan, beberapa kasus ada keterlambatan penanganan maka kita pastikan teman-teman dokter spesialis ada tim di rumah sakit yang dibuatkan. Yang seperti ini kita sudah ada inovasi puskesmas," jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Dinkes mendorong penguatan layanan melalui program Permata Hati (Persalinan Aman, Sehat, Terlindungi). Program ini mewajibkan setiap persalinan ditangani minimal oleh tiga tenaga medis.
“Saat ini kita juga melaksanakan Permata Hati (persalinan, aman, sehat, terlindungi) jadi persalinan tidak boleh ditolong oleh bidan saja tapi harus ditolong dengan 2 bidan dan 1 dokter atau 1 perawat, 1 bidan dan 1 dokter,” terang Amir.
Program Permata Hati merupakan kelanjutan dari inovasi Puskesmas Asuhan Spesialistik (PAS) yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan persalinan di fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas.
Pemerintah ingin seluruh persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dengan SDM siaga 24 jam. Dokter, bidan, dan perawat harus aktif memantau kondisi ibu dan janin, serta siap melakukan tindakan cepat jika ada kegawatdaruratan.
Selain dengan program Permata Hati, Dinkes juga menguatkan sinergi lintas sektor dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, mandiri, dan produktif. (rq)