Bukan Halangan untuk Berprestasi, Difabel Banyuwangi Punya Tim Sepak Bola Bernama Persawangi

20230402_2156452.jpg Persawangi saat Berlatih di Lapangan Taman Blambangan

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Keterbatasan tak menghalangi para difabel di Banyuwangi untuk terus berlatih meningkatkan bakatnya dalam olahraga. Mereka memiliki wadah bernama Persatuan Sepak bola Amputasi Banyuwangi (Persawangi).


Sepak bola amputasi merupakan permainan sepak bola yang dibuat untuk seorang disabilitas atau seseorang yang kehilangan anggota tubuh, semisal tangan maupun kaki. 


Parsawangi mungkin baru terdengar di telinga warga Bumi Blambangan. Sebab sudah sejak beberapa tahun lalu vakum. Namun di tahun ini mereka berencana menghidupkan kembali. 


Pada hari Sabtu (1/4/2023) kemarin, tim Parsawangi mulai kembali berlatih di lapangan Taman Blambangan dengan sejumlah 13 orang dan dibantu 2 orang manajemen.


Ketua Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia, (PSAI) Banyuwangi, Temon mengatakan Banyuwangi sudah diakui oleh Indonesia Amputte Football (INAF). Bahkan sudah diakui federasi internasional, Wolrd Amputee Football Federation sejak tahun 2020.


 

"Tim sepak bola amputasi Banyuwangi juga sempat ikut berlaga di turnamen Trofeo Jember. Akan tetapi, harus tersingkir. Sebab, saat itu pemain Banyuwangi terbatas. Usianya sudah tua ditambah tidak ada pemain pengganti," beber Temon. 


Kala itu baru 3 hari latihan langsung main, dan tidak ada pemain pengganti. Sehingga gugur. Alatnya pun ala kadarnya. Seharusnya pakai tongkat sport, atlet Banyuwangi justru pakai tongkat medis, mudah patah saat terkena bola.


"Musuhnya pakai tongkat sport harganya Rp 2,5 juta. Kita pakai tongkat medis harganya Rp 90 ribu. Kena bola patah," kata Temon. 


Di tahun ini, harapan mulai ditumbuhkan. Tim kembali diaktifkan. Pemain-pemain lama dikumpulkan dan kembali diajak latihan. Melalui latihan ini, lanjut Temon, juga menjadi upaya untuk memperkenalkan Sepakbola Amputasi. Menegaskan bahwa Banyuwangi juga memiliki persatuannya.


"Kita memilih latihan di spot-spot ikon ini untuk menarik perhatian. Supaya yang belum tahu menjadi tahu adanya tim Persawangi ini," ujarnya.


Manajer Tim Persawangi, Indah Tukiman mengatakan banyak warna saat menjalankan Persawangi ini. Kendala jelas banyak dijumpai. Sebut saja membangun kekompakan tim. Kediaman para pemain lokasinya jauh. 


Ada yang di Pesanggaran, Muncar hingga Purwoharjo. Kurang lebih 1 jam untuk ke tempat latihan. Karena lokasi latihan di kota. Ditambah mereka juga memiliki pekerjaan dan kesibukan masing-masing. 


"Untuk membangun kekompakan jelas perlu effort. Di tim ini tidak melulu soal sepak bola. Karena di tim ini juga berfokus untuk membangun kebersamaan dan kepercayaan diri bagi para difabel," tutur Indah. 


Karena penyebab mereka kehilangan anggota tubuh ini berbeda-beda. Ada yang dari lahir dan ada yang karena kecelakaan. 


"Sirkel ini untuk menumbuhkan percaya diri dan menegaskan bahwa dengan kondisi yang saat ini masih bisa berkarya. Bahkan juga masih bisa menjadi atlet," bebernya.


Mendatang pihaknya berharap ada atlet dari Banyuwangi yang bisa lolos ke tim nasional sepak bola amputasi. Dia juga berharap adanya dukungan dari semua pihak.


Salah satu atlet, Nanang (25) dia kini berlatih keras. Dia memiliki target untuk lolos ke timnas. Seminggu dia bisa berlatih sampai 3 kali. Rumahnya di Muncar sehingga dia rutin berlatih di pesisir pantai.



"Saya yakin dan optimis, sehingga saya berlatih keras," tegasnya.


Melatih akurasi dan kekuatan tendangan. Termasuk melatih kekuatan lengan dan bahu. Sebab tumpuan pada sepak bola amputasi berada di bahu dan lengan. ()