
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Perempuan di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi punya cara sendiri ikut berpartisipasi membangun wilayah. Tak sekadar penggembira dan asal tanda tangan hadir, mereka membawa 15 usulan di acara Pra Musyawarah Desa (Pra Musdes) Grajagan, Rabu (06/08/2025).
Dalam forum tersebut, para perempuan yang berada di bawah naungan Wahid Foundation tersebut membawa 15 poin usulan pembangunan desa, yang berangkat dari kebutuhan riil warga sehari-hari.
Dalam forum itu, Eky Amalia (25) menyoroti akses air bersih layak konsumsi, terutama di wilayah Pantai Grajagan.
"Selama ini, kami harus membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Harapannya pemerintah bisa memprogramkan sumur bor atau instalasi air bersih untuk warga pesisir," ujar Eky.
Tak hanya soal infrastruktur, isu kesehatan dan pola konsumsi juga menjadi perhatian. Khusnul Khotimah, pelaku UMKM di Pasar Curahjati, mengusulkan adanya pelatihan jamu tradisional yang lebih serius dan berkelanjutan.
"Sekarang ini, pusing sedikit minum pil, capek sedikit sirup. Padahal di sekitar kita banyak tanaman obat keluarga (TOGA). Ini potensi yang belum digarap maksimal," cetus Khotimah.
Sektor ekonomi pun tak luput dari perhatian para ibu. Sari Andika menyoroti belum terintegrasinya berbagai lembaga keuangan desa seperti Koperasi Wanita, UP2K, Koperasi Merah Putih, Koperasi Cinta Damai, hingga kelompok usaha bersama di wilayah pesisir.
"Kami berharap ada pelatihan manajemen dari desa agar semua lembaga ini bisa bersinergi dan memperkuat ekonomi warga," ujarnya.
Sementara itu, Ahmad Shulhan Hadi, perwakilan dari Wahid Foundation, menyebutkan bahwa pelaksanaan Pra Musdes ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya yang melibatkan perwakilan perempuan dan pemerintah desa.
"Kaum perempuan diajarkan cara menyusun usulan yang baik dan benar. Di sisi lain, desa juga didorong agar mampu memperoleh manfaat lebih besar dari pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki," ungkapnya.
Ia menambahkan, keberadaan forum ini menjadi bukti bahwa pemerintah desa telah membuka ruang aspirasi dan kepedulian kaum perempuan terhadap kemajuan desanya.
"Dengan demikian, suara ibu-ibu tidak hanya berhenti di forum rumpi pasar, tetapi bisa tersampaikan secara resmi. Terima kasih kepada Pemerintah Desa Grajagan atas fasilitasi dan keterbukaannya," tandasnya.
Kepala Desa Grajagan Supriyono, SH, melalui Sekretaris Desa Idris, menyambut baik kegiatan tersebut. Menurutnya, Pra Musdes yang diinisiasi langsung oleh masyarakat, khususnya kaum perempuan, merupakan hal baru yang patut diapresiasi.
"Biasanya Musdes digelar oleh BPD dengan melibatkan pemerintah desa. Kali ini justru warga yang mengundang kami. Ini menarik dan menunjukkan semangat partisipatif warga," katanya.
Lebih lanjut, Idris menyampaikan bahwa usulan-usulan yang masuk telah dilengkapi penyesuaian dengan kode SDGs dan kode rekening anggaran, yang menunjukkan kesiapan untuk masuk ke tahap perencanaan.
"Kami minta setiap usulan dilengkapi dalam bentuk proposal, lengkap dengan rincian anggaran, urgensi, serta dampaknya. Jika nilai anggaran di bawah Rp25 juta dan masuk prioritas, besar kemungkinan bisa diakomodasi pada tahun 2025–2026," pungkasnya. (ep)