Libur Nataru, Warga Bali Pilih Wisata De Djawatan Banyuwangi, Hindari Padatnya Destinasi di Pulau Dewata

1djawatan.jpg Destinasi Wisata De Djawatan di Benculuk, Cluring, Banyuwangi saat Libur Nataru (Foto: Eko/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – Wisata alam De Djawatan di Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu destinasi favorit selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026. Menariknya, lonjakan pengunjung tidak hanya datang dari kota-kota besar di Jawa, tetapi juga didominasi wisatawan asal Bali yang memilih menyeberang ke Banyuwangi untuk berlibur.


Berdasarkan data pengelola, selama periode 24 hingga 28 Desember 2025, jumlah kunjungan wisatawan ke De Djawatan mencapai sekitar 14 ribu orang atau rata-rata 3.000 pengunjung per hari. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan melonjak pada 1 Januari 2026, dengan estimasi 6.000 hingga 7.000 pengunjung.


Pilihan warga Bali berlibur ke Banyuwangi tak lepas dari kondisi pariwisata Bali yang sangat padat saat musim Nataru. Kepadatan lalu lintas menuju kawasan wisata, antrean panjang di objek wisata, hingga biaya akomodasi yang meningkat signifikan membuat sebagian wisatawan mencari alternatif liburan yang lebih tenang.


“Kalau di Bali sekarang macet di mana-mana, tempat wisata penuh, suasananya jadi kurang nyaman. Makanya kami pilih ke Banyuwangi, masih bisa menikmati alam dengan lebih santai,” ujar Widiawati, wisatawan asal Bali, Minggu (28/12/2025).


Hal senada diungkapkan Kadek, wisatawan asal Bali lainnya. Ia menyebut Banyuwangi menjadi pilihan karena menawarkan pengalaman berbeda dibanding Bali saat libur panjang.


“Di Bali saat Nataru terlalu ramai dan mahal. Di Banyuwangi lebih sejuk, tidak berdesakan, dan tempat wisatanya masih alami. De Djawatan ini cocok buat keluarga yang ingin tenang,” kata Kadek.


De Djawatan yang dikenal dengan julukan Magic Forest atau Hutan Ajaib merupakan kawasan bekas pengolahan kayu milik Perhutani KPH Banyuwangi Selatan. Daya tarik utamanya adalah deretan pohon trembesi raksasa berusia ratusan tahun dengan kanopi lebat, menciptakan suasana teduh dan nuansa magis yang jarang ditemui di kawasan wisata perkotaan.


Selain faktor kepadatan di Bali, akses Banyuwangi yang semakin mudah, terutama dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Ketapang, juga menjadi pertimbangan wisatawan. Banyak rombongan wisatawan dari Bali datang menggunakan bus besar, khususnya menuju De Djawatan dan destinasi alam lainnya.


Di sisi lain, pengelola tetap waspada terhadap tantangan cuaca ekstrem yang kerap terjadi selama musim penghujan.


“Cuaca sekarang cepat berubah, dari panas tiba-tiba hujan deras disertai angin. Untuk keamanan, kami menerapkan sistem buka-tutup kawasan wisata jika kondisi tidak memungkinkan,” jelas Muryanto, pengelola wisata De Djawatan.


Dengan kombinasi alam yang asri, suasana lebih lengang, biaya relatif terjangkau, dan jarak tempuh yang dekat dari Bali, Banyuwangi kian menjadi alternatif utama wisatawan Pulau Dewata untuk menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru di luar Bali. (ep)