
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Suasana semarak dan penuh warna mewarnai perayaan satu dekade Kampoeng Batara, rumah budaya sekaligus sekolah adat yang berlokasi di Lingkungan Papring, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jumat (10/10/2025).
Dalam momentum istimewa tersebut, masyarakat sekitar turut larut dalam kemeriahan berbagai penampilan seni dan budaya. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah karnaval kostum unik berbahan bambu dan kelobot, daun kering pembungkus jagung, yang dirancang dengan penuh kreativitas oleh warga dan peserta didik Kampoeng Batara.
Selain karnaval, acara juga dimeriahkan dengan tari Gandrung Banyuwangi serta mocoan lontar, sebuah tradisi membaca naskah kuno berbahasa Jawa Kuno dan Sanskerta yang telah menjadi warisan budaya lokal.
Warga Papring tampak antusias menyaksikan jalannya acara. Mereka disediakan tempat duduk dan dapat menikmati beragam kuliner tradisional Banyuwangi seperti cenil, lanun, dan ketan yang menambah hangat suasana perayaan.
“Kami tidak punya mimpi bahwa 10 tahun itu bisa menjadi angka istimewa bagi kami sampai saat ini,” ujar Widie Nurmahmudy, Penggagas Kampoeng Batara, dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, turut dilakukan penyerahan Sukma untuk 200 WBK 2025 dan penghargaan kepada para mitra Kampoeng Batara yang selama ini mendukung kegiatan pendidikan berbasis budaya tersebut.
Kampoeng Batara lahir dari keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Papring sekitar sepuluh tahun lalu. Saat itu, angka putus sekolah cukup tinggi, perkawinan usia anak marak terjadi, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan masih rendah.
Didirikan sejak 2015, Kampoeng Batara memulai perjalanannya dari tempat sederhana kobhung kecil atau langgar sebelum akhirnya berkembang menjadi ruang belajar terbuka yang menanamkan nilai-nilai budaya dan lingkungan.
Dengan konsep belajar sambil bermain, sekolah adat ini mengajarkan anak-anak Papring tentang alam, konservasi, dan budaya lokal. Metode ini dirancang agar proses belajar tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga membangun karakter dan rasa cinta terhadap lingkungan serta tradisi sendiri.
Kini, setelah sepuluh tahun berdiri, Kampoeng Batara telah menjadi ruang edukasi dan pelestarian budaya yang diakui luas. Keberadaannya tidak hanya memperkuat identitas lokal masyarakat Papring, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak komunitas pendidikan berbasis budaya di daerah lain. (rq)