Talkshow Lensa Publik Ajak Pelajar Bangun Kesadaran Kolektif di Usia ke-254 Banyuwangi

2eneinikn.jpg PC IPNU Banyuwangi Gelar Talkshow Lensa Publik atau Rembug Pemuda (Foto: Miswan/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Memperingati Hari Jadi Banyuwangi ke-254, Student Crisis Center (SCC) PC IPNU Banyuwangi menggelar Talkshow Lensa Publik, Sabtu (27/12/2025), di Aula PC GP Ansor Banyuwangi. Kegiatan ini mengangkat tema Pengetahuan Kolektif: Kesadaran sebagai Gerbang Peradaban di Usia 254 Tahun Banyuwangi.


Forum diskusi tersebut menghadirkan unsur pemerintah daerah, pegiat sosial, jurnalis, serta pelajar sebagai peserta utama. Sejumlah kader IPNU dan IPPNU dari berbagai wilayah di Banyuwangi turut hadir mengikuti jalannya kegiatan.


Acara dipandu oleh Muhammad Nabil dari SCC PC IPNU Banyuwangi. Dalam pengantarnya, ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif di kalangan pelajar sebagai modal sosial dalam menghadapi perubahan zaman, sekaligus menjaga identitas sosial dan kultural Banyuwangi di tengah arus digitalisasi.


Ketua GP Ansor PC Banyuwangi, Arvy Rizaldy, yang hadir memberikan sambutan, mengapresiasi inisiatif pelajar IPNU dan IPPNU dalam menghadirkan ruang diskusi yang kritis dan reflektif. Ia menilai, dialog lintas generasi dan lintas sektor menjadi bagian penting dalam menjaga nilai kebangsaan serta keberlanjutan peradaban.


Sambutan juga disampaikan Ketua PC IPNU Banyuwangi, Ainul Haqiky. Ia menegaskan bahwa pelajar tidak semestinya hanya diposisikan sebagai objek pembangunan, tetapi perlu dilibatkan secara aktif sebagai subjek dalam proses sosial, edukatif, dan kultural.


Diskusi menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang berbeda, yakni Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Kabupaten Banyuwangi Henik Setyorini, pengamat sosial Zainal Mustofa, serta jurnalis Eka Rimawati.


Dalam paparannya, Henik Setyorini menjelaskan tugas dan fungsi DINSOSP3KB, sekaligus menyampaikan sejumlah program strategis di bidang kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan keluarga. Ia mendorong keterlibatan kader IPNU dan IPPNU dalam mendukung program-program sosial pemerintah serta membuka peluang kolaborasi ke depan.


Menurut Henik, IPNU dan IPPNU memiliki potensi besar sebagai mitra strategis dalam kerja-kerja sosial yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.


Sementara itu, Eka Rimawati menyoroti peran media sosial di kalangan pelajar. Ia menekankan pentingnya literasi digital serta sikap bijak dalam menggunakan media sosial. Pelajar, menurutnya, perlu didorong untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mampu memproduksi konten yang edukatif dan bernilai.


Ia juga menyinggung tantangan dunia jurnalistik di era digital, terutama terkait derasnya arus informasi yang kerap tidak diimbangi dengan kemampuan verifikasi yang memadai di masyarakat.


Pandangan kritis disampaikan Zainal Mustofa yang menilai bahwa intensitas penggunaan media sosial berpotensi mengikis nilai-nilai sosial. Menurutnya, kecenderungan individualistik di ruang digital dapat mengurangi kepekaan sosial jika tidak diimbangi dengan kesadaran dan kontrol diri.


Dalam konteks tersebut, ia menegaskan peran kader IPNU dan IPPNU sebagai penjaga nilai sosial, mengingat semangat kepedulian dan pengabdian telah menjadi bagian dari proses kaderisasi organisasi.


Diskusi berlangsung interaktif melalui sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Sejumlah isu dibahas, mulai dari persoalan kesejahteraan sosial, peran pelajar dalam advokasi kebijakan, hingga tantangan membangun kesadaran kolektif di tengah dominasi ruang digital.


Menutup rangkaian kegiatan, Henik Setyorini menegaskan pentingnya keberlanjutan forum-forum diskusi semacam ini. Ia menilai dialog yang melibatkan pemerintah, pegiat sosial, jurnalis, tokoh masyarakat, dan pelajar dapat menjadi ruang strategis untuk membangun kolaborasi sekaligus merumuskan rekomendasi kebijakan publik.


Melalui kegiatan ini, SCC PC IPNU Banyuwangi menegaskan perannya sebagai ruang intelektual pelajar dalam merawat kesadaran kolektif, memperkuat nilai sosial, serta menyiapkan generasi muda Banyuwangi yang kritis dan berkeadaban di usia ke-254 daerah tersebut. (mw)