
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Warga Dusun Sukamade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi mulai menaikkan kapasitas diri usai mendapatkan suntikan ilmu dari Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Suntikan ilmu itu beragam, mulai dari pembayaran non tunai melalui metode QRIS sampai pembuatan minyak ekstraksi dari kelapa tanpa proses kimia atau Virgin coconut oil (VCO).
Diketahui, kehadiran mahasiswa UGM Yogyakarta ditengah masyarakat Dusun Sukamade sebagai bagian dari program Kuliah Kerja Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Dimulai sejak 13 Juli 2025.
Tim KKN Sagara Pesanggaran menggandeng beberapa pihak seperti Schaeffler, PUPR, Pupuk Kaltim, hingga Hutama karya. Kontribusi ditempuh dengan menghadirkan beberapa program kerja unggulan, mulai dari industrialisasi briket dari sabut kelapa, pengadaan alat pembakaran minim asap, inklusivitas ekonomi digital, redesign packaging UMKM dengan bahan ramah lingkungan, hingga pelatihan pembuatan virgin coconut oil.
Pada sektor pendidikan dan kesehatan, mahasiswa KKN-PPM UGM memberikan program kerja yang mendukung jalannya proses pembelajaran seperti distribusi buku layak baca, pelatihan kreasi bunga dari sampah plastik, edukasi bahaya pernikahan dini, pemeriksaan kesehatan lansia, hingga dan edukasi kesehatan gigi yang dilanjut dengan kegiatan sikat gigi bersama anak-anak SD Negeri 2 Sarongan yang terletak di Dusun Sukamade.
Bergeser ke sektor UMKM, mahasiswa membawa program kerja yang disambut antusias dengan warga desa. Salah satu contohnya adalah pembuatan media pembayaran digital Qris ke beberapa UMKM di Dusun Sukamade dan redesign packaging UMKM dengan bahan ramah lingkungan. Banyaknya potensi alam dan wisata yang terdapat di Dusun Sukamade ini menjadi dasar kemauan dari para warga untuk belajar mengembangkan ekonomi mereka seiring dengan perkembangan teknologi saat ini.
Kepala Dusun Sukamade Verry Nafaro memberikan tanggapan positif terhadap jalannya kegiatan KKN ini di dusun Sukamade.
“Kami merasa sangat terbantu dengan kedatangan adik-adik mahasiswa dari UGM. Mereka tidak hanya membawa semangat baru, tetapi juga pengetahuan dan program nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat. Warga jadi lebih semangat untuk terlibat aktif dalam proses belajar dan berbenah,” ujar Verry, Minggu (27/07/2025).
Antusiasme warga juga dibuktikan dari tingginya partisipasi mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh para mahasiswa. Mulai dari anak-anak, karang taruna, ibu-ibu PKK, hingga orang tua terlibat aktif dalam setiap kegiatan pelatihan dan berbagai program sosial yang lain.
“Setiap kegiatan yang dilakukan anak-anak KKN UGM ini membantu membuka wawasan kami sebagai ibu-ibu, terutama dalam memanfaatkan potensi alam yang tersedia di sekitar kami. Pokoknya, kami sangat senang bisa berkesempatan berjumpa dan diajak Mas dan Mbak KKN dalam kegiatan-kegiatan produktif,” ujar Ratna, warga setempat.
Sementara itu Koordinator mahasiswa unit KKN-PPM UGM Sagara Pesanggaran, Ikhlacul Aditya Ramadhan menyampaikan bahwa kehadiran tim di Dusun Sukamade merupakan bentuk nyata komitmen pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
“Meskipun lokasi yang dituju cukup menantang secara geografis, kami tetap datang dengan semangat untuk saling berbagi pengalaman dan belajar bersama masyarakat, serta dapat berkontribusi penuh sesuai kapasitas dan ilmu yang didapat selama berkuliah di UGM. Sukamade bukan hanya tempat dengan akses tersulit, melainkan juga tempat yang kaya akan potensi alam, ditambah masyarakatnya mengantongi semangat penuh untuk berubah mengikuti kemajuan teknologi,” tuturnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Sukamade ini menyokong beberapa poin SDGs, yakni tanpa kemiskinan, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, inovasi dan infrastruktur, dan penanganan perubahan iklim. Terlebih dengan adanya edukasi kepada ranger (sebutan untuk penjaga pantai dan penyu), makin mendukung tercapainya tujuan kota dan komunitas yang berkelanjutan.
Pengabdian KKN-PPM UGM di Desa Sukamade ini menjadi cerminan bahwa lokasi yang terisolasi tak lantas menjadi hambatan bagi terciptanya kolaborasi yang tulus antara mahasiswa dan masyarakat. Justru, kesatuan tekad dengan kondisi geografis tersebut mampu menumbuhkan semangat dan inisiatif lokal yang berkelanjutan.
Kehadiran mahasiswa KKN menjadi pemantik gerakan warga untuk mengembangkan ‘harta karun’ yang sudah dimiliki. Pada akhirnya, Dusun Sukamade bukan hanya menjadi tempat mahasiswa mengabdi, melainkan juga ruang bertumbuhnya kesadaran kolektif bahwa kemajuan desa dapat dimulai dari keterlibatan aktif warganya sendiri. (ep)