
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan EmviTrust Indonesia mengadakan kegiatan penanaman mangrove, aksi bersih pantai (clean up), dan diskusi bertema lingkungan di Kabupaten Banyuwangi.
Acara yang bertajuk Akselerasi Ilmu Pengetahuan dan Aksi Iklim untuk Karbon Biru Berkelanjutan sebagai pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di kawasan Pantai Cemara, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Pesanggaran, Banyuwangi, Sabtu (14/09/2024).
Pengabdian masyarakat digelar oleh PSLH UGM dalam rangka memperingati Hari Ozon Sedunia (World Ozone Day) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak krisis iklim dan pentingnya tindakan kolektif untuk menjaga ekosistem. Mangrove, sebagai salah satu tanaman yang efektif menyerap karbon, menjadi fokus utama kegiatan ini.
Lebih dari 100 pohon Mangrove ditanam oleh PSLH UGM, EmviTrust, pelajar Pecinta Alam hingga melibatkan warga sekitar daerah wilayah Dusun Pancer sebagai upaya memperkuat peran masyarakat lokal dalam konservasi ekosistem pantai.
Ketua PSLH UGM, Prof. Dr.rer.nat. Djati Mardiatno mengatakan, pihaknya memilih kawasan Pantai Cemara di Dusun Pancer setelah melakukan berbagai penilaian (assessment) dan menemukan potensi namun belum terlaksana dengan baik.
"Dari penilaian tersebut kami dari PSLH UGM melakukan upaya untuk mendorong konservasi yang memang sebelumnya telah dilakukan atau diinisiasi oleh kelompok masyarakat bersama dengan organisasi-organisasi seperti EmviTrust," katanya kepada BWI24JAM, Sabtu (14/9/2024).
Prof. Djati, sapaan akrabnya, menyampaikan pentingnya kegiatan semacam ini dalam upaya mitigasi krisis iklim global. Menurutnya, mangrove memiliki peran strategis dalam menyerap karbon dioksida, sehingga sangat relevan untuk dikembangkan di wilayah pesisir khususnya di Pantai Cemara Pancer.
“Penanaman mangrove tidak hanya membantu menjaga ekosistem pesisir, tetapi juga merupakan solusi alami untuk mengurangi emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim. Aksi bersih pantai dan diskusi lingkungan yang kita lakukan hari ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat, agar lebih peduli dan terlibat aktif dalam menjaga alam di sekitar mereka,” ujar Prof. Djati.
"Kolaborasi antara akademisi, organisasi masyarakat, dan pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim ini," pungkasnya.
Senada, Executive Director EmviTrust (Empowerment, environment, Tourism, and sustainability) Indonesia Siti Muyasaroh mengatakan, kegiatan kolaboratif antara pihaknya dan PSLH UGM berupa pengabdian masyarakat ini mengambil fokus dalam penanaman Mangrove yang sejalan dengan momen peringatan hari Ozon sedunia.
"Mangrove ini memiliki fungsi untuk mitigasi resiko perubahan Iklim, selain itu karena memang kawasan Pancer salah satu yang terdampak tsunami paling parah pada tahun 1994, kami melakukan upaya pencegahan resiko yang lebih besar apabila terjadi peristiwa serupa dalam periode tertentu," kata Saroh kepada BWI24JAM.
Saroh menjelaskan, selain sebagai mitigasi pencegahan abrasi, pohon Mangrove memiliki fungsi alami sebagai perangkap sampah (wastetrap).
"Akar-akar Mangrove mampu sebagai perangkap dari sampah laut yang terbawa saat air pasang tiba masuk ke kawasan Pantai dengan pohon Mangrove yang melimpah. Saat surut, sampah yang terbawa akan tersangkut oleh akar dan tidak kembali lagi ke laut," jelasnya.
Namun, peran pohon Mangrove yang mampu sebagai perangkap tersebut harus diimbangi oleh masyarakat yang peduli dengan pembersihan sampah yang tertumpuk agar tumbuh kembang pohon Mangrove tetap terjaga.
"Dampak positifnya memang sampah mampu terkumpul di akar Mangrove, namun sisi lainnya sampah yang tertumpuk akan menghambat proses pertumbuhan. Oleh sebab itu, peran masyarakat untuk ikut melakukan aksi bersih (clean up) ini sangat penting agar ekosistem seimbang," sambung Saroh.
Meski begitu, lanjut Saroh, aksi pembersihan (clean up) dengan kondisi tertentu tidak dapat dilakukan oleh masyarakat secara sederhana. Perlu campur tangan pemerintah maupun pihak terkait yang memiliki fasilitas penunjang kebersihan.
"Memang belum semua sampah bisa kita ambil, perlu keterlibatan pihak terkait dalam upaya pembersihan sampah secara merata melalui fasilitas-fasilitas yang disediakan seperti peralatan pengeruk, peralatan safety untuk pembersihan di area beresiko seperti rawa," lanjutnya.
Dirinya mengajak masyarakat Banyuwangi khususnya di wilayah Pancer untuk ikut layanan pengelolaan sampah yang telah disediakan.
"Mulai dari bank sampah, layanan TPS3R, hingga sentra kelola sampah seperti yang EmviTrust kelola, masyarakat tidak perlu khawatir dalam mengatasi sampah-sampah yang dihasilkan seperti di rumah tangga maupun sampah yang tersebar di lingkungan," tutup Saroh.
Dalam acara ini, berbagai narasumber menyampaikan materi terkait konservasi lingkungan, di antaranya perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi dan Dinas Perikanan Banyuwangi.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat di Banyuwangi khususnya wilayah Pancer semakin sadar akan peran penting mereka dalam menjaga lingkungan, serta mampu mengambil langkah-langkah strategis dalam menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan.