
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Penjual jajan di Pasar Genteng 2, Banyuwangi ketiban pulung. Itu karena ada tradisi paten nan langgeng yang tidak pernah luntur menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Tradisi Megengan. Begitu tradisi yang turun temurun digelar masyarakat Jawa khususnya. Tradisi ini selain berkirim doa dan ajang rajut tali silaturahmi juga berkirim makanan kepada tetangga dan saudara.
Dalam makanan yang dihantar, ada jajanan pasar sebagai kudapan pelengkap. Seperti kue apem, bikang, jajan nogosari, lemper ataupun risoles yang menjadi teman nasi berkat atau makanan yang dihantar.
Berkembangnya zaman, masyarakat lebih memilih membeli di pasar daripada bikin sendiri yang super ribet. Itu yang menjadi alasan mengapa pedagang ketiban pulung ketika tradisi ini dijalankan.
"Tiap tahun pastinya meningkat jualannya jelang Ramadan. Terlebih masyarakat saat ini butuh praktis dan cepat," kata Sriyatin, salah satu pedagang jajan di pasar tradisional Genteng, Kamis (27/02/2025).
Kenaikan penjualan kata Sriyatin mencapai dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Sehari, Sriyatin bisa menjual ribuan kue berbagai jenis dan rasa.
"Lebih kalau 1000 biji. Memang beda kalau pas tradisi prepekan (Megengan) ini. Penjualan dipastikan naik," ungkapnya.
Selain praktis menurut pembeli harganya juga ramah di kantong. Harga dipatok mulai dari Rp700-Rp2000 untuk satu jenis jajan.
"Selain praktis harganya tidak mahal," kata Anindya Putri, salah satu pembeli.
Megengan juga diartikan sebagai perlambang syukur dengan mengirimkan olahan makanan campur kepada sanak saudara ataupun tetangga.
"Sudah jadi tradisi saat datang Ramadan. Berkirim makanan yang kita olah sebelum Subuh," kata Supartinem, warga dusun Trembelang, Desa/Kecamatan Cluring.
Supartinem mengatakan, olahan menu masakan dalam ritual Megengan bervariatif. Macam sambal goreng, olahan mie, ayam bumbu, dan kudapan ringan.
"Kue-kue yang kita beli dari pada kita sertakan selain olahan makanan berat," kata Supartinem.
Nantinya, lanjut Supartinem, semua olahan diwadahi kedalam wadah yang disebut kemarang. Bisa juga diletakkan diatas pelepah pisang yang dibentuk persegi atau biasa disebut encek.
"Sesuai selera. Kalau kita biasa pakai kemarang, lalu dibungkus plastik dan setelahnya langsung diantar ke tetangga dan saudara," ungkapnya.
Tak ada doa khusus dalam ritual Megengan. Yang jelas, kata Supartinem, ini sebagai wujud syukur akan datangnya bulan suci Ramadhan. Hanya saja diniatkan sebagai sarana sedekah kepada sesama umat muslim.
"Gak ada doa khusus. Intinya kita sedekah dan doanya kita ucapkan dalam hati meminta agar umat Islam selalu diberikan kelancaran saat menjalankan ibadah puasa," ucapnya. (ep)