
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Jalur pendakian Gunung Raung tetap normal meski berstatus Level II atau Waspada sejak pertengahan Desember 2023 lalu.
Salah satunya di jalur pendakian Gunung Raung via Wonorejo, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Aktivitas pendakian di jalur ini tak terganggu sedikitpun dan pemandu wisata tetap melayani rute pendakian tersebut seperti biasa.
Hal itu diungkapkan Eko Wahyudiyanto selaku Anggota Sekretariat Pendakian Gunung Raung via Wonorejo, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi.
“Aktivitas pendakian tetap normal seperti biasa, meski Raung masih berstatus level dua atau waspada sejak 19 Desember 2023 lalu,” kata Eko, pada Rabu (27/03/2024).
Eko yang juga tour guide atau pemandu wisata lokal mengaku masih tetap melayani trip atau perjalanan pendakian hingga ke puncak gunung setinggi 3344 meter di atas permukaan laut tersebut.
“Masih melayani trip, setiap menjelang akhir pekan masih ada saja, wisatawan baik lokal maupun mancanegara,” lanjutnya.
Tren kenaikan pengunjung justru berlangsung sejak pendakian dibuka pada Desember lalu. Eko mengaku bisa melayani tiga hingga empat perjalanan pendakian dengan rerata berjumlah 20 hingga 30 pendaki.
Kendati begitu Eko tetap memberikan edukasi kepada pendaki untuk tetap mematuhi tour guide, jika tak memungkinkan pihaknya tak memaksakan pendaki naik hingga puncak sejati.
Ditanya soal legalitas izin pendakian di tengah status Raung yang masih berstatus waspada, Eko menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Perhutani dan Forpimka Kecamatan Kalibaru. Jadi semuanya aman dan sesuai prosedur.
Rencana penutupan pendakian justru dikarenakan menyambut lebaran yang akan mulai diberlakukan dari awal hingga pertengahan bulan April.
Sementara itu, diketahui sampai berita ini dirilis memang status gunung Raung belum beranjak turun sejak ditetapkan menjadi level dua atau waspada sejak 19 Desember 2023 lalu.
Bahkan hasil pengamatan PPGA Raung yang dilakukan pada akhir Maret ini, mencatat adanya aktivitas kegempaan. Meski tidak konstan dan sifatnya fluktuatif gempa tremor masih terpantau terjadi secara terus menerus dengan amplitudo 0.5 sampai 3 m.
Setidaknya terdapat empat puluh kali sampai empat hembusan dalam periode pengamatan aktivitas vulkanik yang keluar dari kawah gunung, dan untuk gempa tektonik sedikitnya dua puluh enam kali yang juga selama dalam periode pengamatan. (*)