
BWI24JAM.CO.ID, Gowa - Di kaki Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Desa Kanreapia, seorang pemuda bernama Jamaluddin menggagas sebuah inisiatif bernama Rumah Koran yang telah menerangi desa lewat literasi.
Meskipun Jamaluddin pernah merasakan putus sekolah, pengalamannya tersebut justru menjadi pendorong utama untuk memulai gerakan literasi yang menyasar anak-anak petani dan masyarakat sekitar, guna memberantas buta huruf.
"Saya anak petani lahir di satu desa yang berada di kaki Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan, desa tersebut bernama Kanreapia," ujar Jamaluddin, yang juga merupakan lulusan Universitas Bosowa Makassar.
Desa ini memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik, namun tingginya angka buta huruf menjadi tantangan besar bagi masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani. Dari total penduduk sebanyak 4.733 jiwa, sebanyak 252 orang (2017) masih mengalami buta aksara.
Rumah Koran hadir sebagai pusat literasi yang unik, di mana kegiatan membaca dilakukan di alam terbuka seperti sungai, kebun, bahkan gunung. Melalui Rumah Koran, Jamaluddin mengajak anak-anak hingga orang dewasa untuk membaca serta mengenali potensi alam di sekitar mereka.
Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Rendahnya minat untuk bersekolah dan tingginya angka pernikahan dini menjadi tantangan tersendiri bagi Jamaluddin. Meskipun begitu, berkat kegigihannya, kini 75% masyarakat desa Kanreapia telah merasakan hasil dari inisiatifnya.
"Dari Rumah Koran ternyata telah melahirkan beberapa generasi-generasi petani muda yang ada di Desa Kanreapia salah satunya mampu mengikutkan mereka ujian dan sampai ke bangku kuliah," terangnya.
Ia menyampaikan bahwa banyak di antara mereka yang kini mampu membaca dan menulis, belajar Bahasa Arab dan Inggris, serta melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada tahun 2017, dedikasi Jamaluddin mendapat apresiasi, ia meraih penghargaan Satu Indonesia Awards di kategori pendidikan dari Astra. Julukan "Sang Pencerdas Anak Petani dari Gowa" pun disandangnya. (rq)
Penulis: Miftahur Rizqi (Riqi)