Pengacara SPPG Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi (Foto: Istimewa/BWI24Jam)
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Pengacara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Rifki Pria Hartawan Usman, memberikan klarifikasi atas kabar dugaan keracunan ratusan siswa yang disebut terjadi usai mengonsumsi makanan dari MBG.
Menurut Rifki, informasi yang menyebut 133 siswa dari tiga sekolah mengalami keracunan tidak benar. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan Kepala Puskesmas Kelir dan Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, hanya dua siswa yang pingsan, satu merasa lemas, satu menangis, serta sembilan siswa dan satu guru yang mengeluh sakit perut setelah olahraga.
“Pihak MBG bahkan membantu membawa para siswa ke RSUD Blambangan dan Puskesmas Kelir. Tidak ada kesimpulan resmi yang menyebut mereka keracunan akibat makanan MBG,” kata Rifki, Sabtu (01/11/2025).
Ia juga menyebut dua siswa yang pingsan memiliki riwayat sesak napas dan kondisi fisik lemah. Selain itu, kabar bahwa 20 siswa SMPN 3 Kalipuro juga mengalami keracunan dibantah oleh pihak sekolah.
“Pihak sekolah menyatakan tidak ada siswa yang sakit karena makanan MBG," imbuh Pengurus DPC Partai Gerindra Banyuwangi itu.
Rifki mengatakan, Kepala Puskesmas Kelir dan Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi tidak pernah memberikan pernyataan kepada media soal penyebab dugaan keracunan. Ia menambahkan, pemberitaan tersebut membuat SPPG Kelir menghentikan aktivitas produksi, menyebabkan 50 pekerja dirumahkan dan ribuan porsi makan siswa tidak tersalurkan.
Rifki juga menyoroti sidak yang dilakukan sejumlah anggota DPRD Banyuwangi. Menurutnya, wakil rakyat seharusnya mengedepankan data sebelum menyampaikan pernyataan publik.
“Sidak boleh saja, konferensi pers juga boleh. Tapi jangan menjadikan isu seperti ini sebagai ajang mencari panggung politik,” ujarnya.
Sebelumnya, dikabarkan dugaan keracunan yang menimpa ratusan siswa di wilayah Kecamatan Kalipuro pada 24-25 Oktober 2025. Dinas Kesehatan Banyuwangi kemudian menghentikan sementara kegiatan SPPG Kelir setelah hasil laboratorium menunjukkan adanya bakteri Escherichia coli (E.coli) pada sampel makanan dan air. Sebanyak 133 siswa dari tiga sekolah di Kalipuro sempat dilaporkan mengalami gejala diare, namun seluruhnya kini telah membaik. (*)

