
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Dalam Festival Arsitektur Nusantara (FAN) 2024, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman (PU CKPP) Kabupaten Banyuwangi menggelar workshop, pada Minggu (30/06/2024).
Workshop yang diadakan di salah satu aula di Agrowisata Tamansuruh (AWT) mengangkat tema "Pengolahan Air dalam Eco Arsitektur". Kegiatan ini dirangkai setelah acara seminar arsitektur yang digelar pada Sabtu (29/06/2024) kemarin.
Selain workshop, Dinas PU CKPP Kabupaten Banyuwangi menggelar lomba sketsa arsitektur on the spot. Tampak hadir Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani didampingi Plt Kepala Dinas PU CKPP Banyuwangi Suyanto Waspo Tondo.
"Peserta workshop diikuti oleh pelajar, mahasiswa, akademisi, praktisi yang datang dari berbagai kota di Indonesia. Untuk pameran arsitektur diikuti desain arsitek yang tergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)," kata Yayan, panggilan akrabnya, kepada BWI24Jam.
Sementara itu, salah satu narasumber workshop ialah Sri Wahyuningsih, pendiri Sekolah Air Hujan Banyu Bening Yogyakarta yang hadir memberikan materi yang berkaitan tentang air hujan sesuai tema FAN 2024 "Arsitektur dan Air".
"Bagaimana nantinya peserta dari workshop ini bisa menghasilkan karya yang ikonik yakni menyertakan air sebagai bagian yang tak terpisahkan dari desain-desain arsitekturnya," kata Sri Wahyuningsih.
Karena kita tau bahwa kita bisa survive air menjadi kebutuhan yang paling mendasar. Dan isu-isu ini diangkat berdasarkan isu krisis air global. Jadi harus adaptasi dan peka dengan isu-isu terkini.
"Dengan adanya workshop Arsitektur dan Air ini kita bisa mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa sebenarnya kita punya solusi yang gratis melimpah dan mudah diakses yaitu air hujan," jelasnya.
Ia berharap besar kepada peserta melalui workshop ini dapat membuka cakrawala pengetahuan kepada masyarakat. Ia berharap dengan workshop ini masyarakat sadar dengan potensi dari air hujan dan tidak memandang sebelah mata air hujan yang oleh sebagian orang dianggap kotor bahkan tak layak.
"Harapannya masyarakat berpikir tentang manajemen pengelolaan air yang tepat dengan memanfaatkan air hujan. Di mana nanti kebutuhan air kita bisa dicover dari air hujan," tutur Bu Ning, panggilan akrabnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, di Sekolah Air Hujan Banyu Bening ada dua metode penampungan air hujan. Pertama dengan cara manual dan kedua dengan teknologi Gama Rain Filter.
"Hanya kita memang mengalami sedikit perkembangan karena kita sesuaikan dengan kondisi wilayah. Cara manual kita sampaikan karena tidak semua masyarakat kita bisa membuat instalasinya," terangnya.
Menurut Bu Ning, masyarakat perlu dipersiapkan mengenai ini untuk menghadapi kemungkinan terjadinya krisis air di masa depan. Selain dua metode tersebut, ada teknologi sederhana pengolahan air hujan yakni dengan elektrolisis air atau air setrum sebagai sarana untuk edukasi kepada generasi muda. (rq)