Kata Nenek Korban Perkosaan-Pembunuhan Kalibaru: Nyawa Ganti Nyawa, Salah Apa Cucu Saya!

20241115_133455.jpg Nenek Siswi Korban Dugaan Pemerkosaan-Pembunuhan di Kalibaru, Banyuwangi (Foto: Wanto/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Sujiati (55), nenek CNA, siswi kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) korban dugaan pemerkosaan disertai pembunuhan asal Desa Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, menuntut ganti nyawa kepada pelaku yang tega menghabisi nyawa cucunya. Ia tak habis pikir dosa apa yang dilakukan cucu kesayangannya itu sehingga harus kehilangan nyawa dengan cara yang tragis, Rabu (13/11) lalu.


Pertanyaan itu terus terlontar keluar dari mulut Sujiati ketika ditanya awak media di rumah duka. Tak henti cucuran air mata keluar dari matanya yang sayup menerima kenyataan pahit kehilangan cucu kesayangannya itu.


"Salah apa coba cucu saya kok sampai harus dipateni (dibunuh). Gak terima saya, nyawa harus diganti nyawa," ujarnya.


Takdir memang tak dapat diubah. Sujiati sudah tak bisa melihat kembali senyum tipis cucunya yang periang itu selama-lamanya.


Cucu yang sering Sujiati sambangi sewaktu melepas penat dan mengisi waktu usia senjanya. Ia mengaku rindu. Rindu memeluk cucunya seperti sepekan lalu saat ia sambangi.



"Setelah dikabari dia gak ada hancur hati saya. Biadab itu pelaku. Salah apa coba cucu saya. Dia itu polos gak tau apa-apa. Biadab memang," tambahnya.



Jika memang pelaku berniat menguasai perhiasan cucunya, Sujiati mengaku heran mengapa tidak diambil saja terus cucunya tetap dibiarkan hidup. Anting-anting dan kalung yang turut hilang yang sudah tak melekat lagi saat korban diketemukan.


"Itu kalau mau ambil diambil (anting-anting dan kalung) saja gak usah pakai harus hilangin nyawa cucu saya. Kenapa gitu? Apa coba salah cucu saya," ungkapnya.


Sujiati kini hanya bisa memandangi potret cucunya melalui foto-foto terbungkus rapi di pigura dan cetakan yang melekat di dinding rumah anaknya. Selebihnya, ia memandangi kenangan bersama sang cucu dari gawai anak dan cucunya yang lain.


Sementara waktu ia akan tinggal bersama Doni Nur Chusairi (35) dan Siti Aningsih (30). Membersamai menantu dan anaknya itu yang masih terpukul dan belum bisa diajak berkomunikasi.


Disamping itu masih ada hajat lain yang harus dituntaskan Sujiati. Membantu warga menyiapkan kudapan untuk santap tahlil. Berkirim doa untuk arwah sang cucu selama tujuh hari.



Sementara, Pemkab Banyuwangi bakal memberikan pendampingan Langsung memberikan pendampingan pada keluarga korban. Pendampingan terutama diperuntukkan pada ibunda korban yang diketahui saat ini tengah hamil tua. 


"Sejak kemarin, usai mendapat informasi kejadian memilukan ini, kami langsung terjunkan tim untuk melakukan pendampingan. Utamanya pendampingan psikologis pada ibunda korban, yang saat ini tengah hamil tua," ujar Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB, Henik Setyorini.


Henik menambahkan, Satgas PPA dan Tim pendamping P2TP2A, sejak 13 November telah melakukan pendampingan visum dan otopsi di RSUD Genteng. Terkait biaya visum dan autopsi yang telah dilakukan ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi.


Tim juga telah mendatangi rumah duka untuk cek lokasi kejadian dan makam korban, serta melihat kondisi orang tua korban bersama Kepala Kemenag Banyuwangi yang merupakan anggota dari Tim SATGAS PPA Banyuwangi.


"Tim P2TP2A juga akan terus mengawal kasus ini secara hukum hingga putusan pengadilan," tandasnya. (ep)