OPINI: Di Balik Pengalaman Kepemimpinan, Siapa yang Lebih Layak Memimpin Banyuwangi? Oleh: Ridho Alayka Nashrulloh

20240916_175753.jpg Ipuk Fiestiandani (Kiri) dan Moh. Ali Makki Zaini (Kanan)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan pesona alamnya yang memukau dan potensi ekonominya yang menjanjikan, kembali akan menggelar pesta demokrasi. Pilkada serentak 2024 yang akan berlangsung pada 27 November mendatang menjadi momen krusial bagi masyarakat Banyuwangi untuk menentukan pemimpin daerah lima tahun ke depan. Di tengah hiruk pikuk kampanye, dua nama besar, Ipuk Fiestiandani dan Moh. Ali Makki Zaini, bersaing ketat untuk merebut kursi Bupati. 


Pengalaman kepemimpinan menjadi salah satu faktor penentu dalam pemilihan pemimpin. Kedua calon pun mengklaim memiliki rekam jejak yang mumpuni. Ipuk Fiestiandani, yang telah menjabat sebagai Bupati Banyuwangi selama satu periode, mengunggulkan pengalamannya dalam memimpin daerah.


Berbagai program pembangunan dan inovasi yang telah ia luncurkan selama menjabat menjadi modal besar dalam kampanyenya. Pengalamannya sebagai Ketua Dekranasda, Ketua TP PKK, dan Bunda PAUD juga dianggap sebagai nilai tambah yang menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak.


Di sisi lain, Moh. Ali Makki Zaini, dengan latar belakang sebagai tokoh agama, menawarkan visi kepemimpinan yang berbasis nilai-nilai keagamaan. Pengalamannya sebagai Ketua PCNU Banyuwangi dinilai dapat menjadi modal kuat untuk membangun Banyuwangi yang lebih religius dan harmonis. 


Namun, di balik nama besar dan pengalaman yang mumpuni, masyarakat Banyuwangi perlu lebih jeli dalam memilih pemimpin. Pengalaman kepemimpinan memang penting, namun tidak menjamin keberhasilan dalam memimpin daerah yang kompleks seperti Banyuwangi.


Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengalaman tersebut diterjemahkan dalam tindakan nyata dan memberikan manfaat bagi masyarakat.


Beberapa pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah:


- Program kerja apa yang ditawarkan oleh masing-masing calon?

- Apakah program tersebut realistis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat?

- Bagaimana rekam jejak calon dalam mengelola keuangan daerah?

- Apakah ada indikasi korupsi atau penyelewengan anggaran?

- Sejauh mana calon tersebut memiliki komitmen untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan?

- Bagaimana visi calon untuk mengembangkan potensi ekonomi dan pariwisata Banyuwangi?


Pilihan yang akan diambil oleh masyarakat Banyuwangi pada Pilkada 2024 tidak hanya akan menentukan nasib daerah selama lima tahun ke depan, tetapi juga akan berdampak pada generasi mendatang. Oleh karena itu, setiap warga negara memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan hak pilihnya dengan bijak. 


Mari kita jadikan Pilkada Banyuwangi 2024 sebagai ajang untuk memilih pemimpin yang benar-benar amanah, kompeten, dan memiliki visi yang jelas untuk membawa Banyuwangi ke arah yang lebih baik. (*)

*Ridho Alayka Nashrulloh, Sarjana Pendidikan Sejarah