Rumah Menkes Era Soekarno di Singojuruh, Namanya Diabadikan Jadi Jalan Penting di Jakarta

rumah_menkes_di_banyuwangi2025.jpg Rumah Menkes Era Presiden Soekarno, Prof. Dr. Satrio atau Mayor Jenderal (Mayjend) Satrio, Asal Banyuwangi (Foto: GoogleStreetView/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Tak banyak yang tahu jika Banyuwangi pernah memiliki sosok yang pernah memegang tongkat komando Kementerian Kesehatan RI di era Presiden Soekarno. Namanya juga diabadikan menjadi salah satu ruas jalan penting di Jakarta yang melintasi kawasan bisnis Karet Sudirman hingga terowongan Casablanca.


Prof. Dr. Satrio atau Mayor Jenderal (Mayjend) Satrio adalah mantan Menkes RI pada masa orde lama. Ia lahir dan dibesarkan di Dusun Klatakan, Desa/Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, pada 21 Mei 1916.


Rumahnya pun masih berdiri tegak dan nampak kokoh berada di pinggir jalan raya dekat Kantor Camat Singojuruh. Kondisi dalam rumah pun masih terawat. 


Furnitur lawas yang sempat jadi saksi lahir dan besarnya sang menteri itu kondisinya juga baik. Mulai dari kursi, kasur, bufet, sampai dengan almari pakaia seluruhnya masih terawat hingga kini.


"Memang diminta oleh ahli waris furnitur rumah ini agar tidak dirubah sedikitpun," kata penjaga rumah, Asmoyo, Minggu (09/03/2025)


Tak hanya itu, foto saat Satrio masih kecil hingga tumbuh dewasa bersama ayah dan ibu serta saudaranya masih terlihat jelas. Foto hitam putih itu terpajang pada ruangan tengah baik di dinding maupun bufet.


Setiap harinya rumah ini rutin dibersihkan. Asmoyo bersama istrinya memang dipercaya menjaga dan merawat rumah ini. Sejak tahun 2018, ia ditunjuk ahli waris menjaga dan merawat rumah bergaya Belanda ini.


Hanya cucunya yang terkadang berkunjung sepeninggal Prof. Dr. Satrio. 


"Terkadang cucu beliau (Prof. Dr. Satrio) sambang kesini jika ada acara ke Banyuwangi. Terakhir kali tahun 2023 kemarin," kata Asmoyo.


Kebesaran nama Satrio tersampaikan melalui cerita yang didengar Asmoyo dari penjaga rumah sebelumnya. Ketika berkunjung dan masih menjabat tak ada kendaraan yang berani melintas dengan kecepatan tinggi saat Satrio pulang kampung.


"Dulu dengar cerita itu tidak ada yang berani naik motor atau mobil kenceng lewat depan sini kalau bapak datang. Sampai-sampai jalan dialihkan," kata Asmoyo.


Satrio sudah tak menjabat lagi sebagai setelah rezim Soekarno tumbang dan berganti ke Soeharto. Ia pun kembali ke militer dan dijadikan Kepala kesehatan ABRI dari 1968 hingga 1970. 


Satrio juga sempat ditempatkan di Badan Koordinasi Intelijen (Bakin) sebagai Kepala Koordinasi Politik Ekonomi dan Sosial (Poleksos). Ia tutup usia ketika menyampaikan ceramah di Seskoad Bandung pada 5 Mei 1986 dan dimakamkan di Jawa Tengah. (ep)