Dari Sekolah ke Panggung, Pelajar Banyuwangi Buktikan Cinta Budaya di Festival Padang Ulanan

3ubuib.jpg Festival Padang Ulanan di Pendopo Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi (Foto: YT/Dica Productions)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Semangat pelajar Banyuwangi untuk menjaga warisan leluhur kembali berkobar lewat Festival Padhang Ulanan bertema “Layar Kumendung” di Kecamatan Tegalsari. Ajang ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengeksplorasi diri melalui tari, musik, dan pertunjukan tradisional.


Festival bulanan yang diinisiasi oleh Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengusung tema “Layar Kumendung: Perjuangan Mas Alit dan Tanah Blambangan.” Kali ini digelar di Pendopo Kecamatan Tegalsari, Sabtu (4/10/2025). 


Kegiatan ini menjadi wadah ekspresi kreatif bagi pelajar dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA untuk berkolaborasi menampilkan Tari Layar Kumendung dan beragam kesenian khas Banyuwangi lainnya.


Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi Suratno melalui Kepala Bidang (Kabid) SD Sutikno menyampaikan, Festival seperti ini awalnya digelar sejak 2014 bernama Festival Banyuwangi Culture Everyday, berkembangnya waktu bernama Banyuwangi Culture Everyweek, dan kini namanya Festival Padang Ulanan.


"Kita bersama-sama kepala sekolah, guru dan stakeholder pendidikan ini terus berupaya meningkatkan prestasi terutama memberikan panggung kepada anak-anak kita menampilkan seni hasil pembelajaran di sekolah" kata Sutikno.


Festival ini akan terus digelar setiap bulan, bergilir di seluruh kecamatan dengan tema berbeda-beda sesuai akar seni dan budaya setempat


“Kegiatan ini mendorong capaian indeks kebudayaan secara nasional, ini bisa menjadi capaian yang luar biasa dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan di Banyuwangi,” jelasnya.


Sejak pagi, ratusan pelajar dengan penuh antusias tampil di panggung terbuka Pendopo Tegalsari. Mereka menampilkan aneka pertunjukan yang mencerminkan kekayaan budaya Blambangan, mulai dari tari tradisional Gandrung, tari Jaranan Buto, syair Osing, hingga sandiwara rakyat, yang dikemas dengan pesan-pesan moral positif.


Riuh tepuk tangan penonton terus terdengar di setiap pergantian penampilan. Suasana makin semarak, mencerminkan semangat para pelajar untuk menjaga dan mencintai budaya daerahnya sendiri. (rq)