Inovasi Rindu Bulan Dispendik Banyuwangi Raih Juara 1 Nasional AVI 2025 dari Kemendikdasmen RI

1lina.jpg Kabid Dikmas Dispendik Banyuwangi Lina Kamalin Menerima Penghargaan dari Mendikdasmen RI (Foto: YT/Direktorat SMP)

​BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Banyuwangi berhasil meraih gelar Juara 1 Nasional dalam ajang Apresiasi Video Inspiratif (AVI) Wajib Belajar 13 Tahun Jenjang SMP Tahun 2025, Selasa (02/12/2025) oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).


​Penghargaan bergengsi dari Direktorat SMP ini diberikan atas keberhasilan Banyuwangi dalam mengatasi persoalan Anak Tidak Sekolah (ATS) dan Anak Berisiko Putus Sekolah (ABPS) melalui inovasinya.


​Video inspiratif yang membawa pulang piala, berjudul : Rindu Bulan Menemukan Yang Hilang Mengembalikan Harapan, memaparkan strategi kolaboratif tingkat desa yang didukung penuh oleh pemerintah daerah setempat.


​Lina Kamalin, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dispendik Kabupaten Banyuwangi, menjelaskan bahwa Rindu Bulan merupakan kunci keberhasilan mereka. Program ini bukan sekadar nama, melainkan ada filosofi mendalam.


​“Rindu Bulan sebetulnya adalah akronim ya dari Rintisan Desa Kelurahan Tuntas Wajib Belajar 13 Tahun,” ungkap Lina saat talkshow di ajang AVI 2025.


​Lina juga menambahkan, bahwa tagline menemukan yang hilang dan mengembalikan harapan merujuk pada upaya mengembalikan anak-anak yang terlepas dari jalur pendidikan.


​“Sesungguhnya ini adalah bentuk bagaimana ketika kami menemukan begitu banyak data ATS di Kabupaten Banyuwangi. Jadi, anak-anak tidak sekolah ini kami visualisasikan sebagai anak-anak yang lepas dari orbit pendidikan,” terangnya.

​Menurut Lina, keberhasilan program ini tidak akan tercapai tanpa adanya komitmen dan evaluasi yang tanpa henti.


​“Tidak boleh lelah untuk mengevaluasi ketika program, ketika program sudah diluncurkan itu belum cukup, maka evaluasi, evaluasi, dan tak kalah penting pemerintah yaitu bupati atau walikota harus turun tangan langsung,” jelasnya.


​Dalam sambutannya, Prof. Abdul Mu'ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, menegaskan komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan inklusif.


​“Yang pertama komitmen kita bersama untuk memberikan layanan pendidikan bermutu untuk semua yang berkali-kali saya sampaikan bahwa setiap warga negara apapun kondisinya, di mana pun mereka berada, apapun sukunya, apapun agamanya, bagaimanapun keadaan fisiknya, mereka berhak mendapatkan layanan pendidikan yang populer sering disebut dengan pendidikan untuk semua atau education for all,” ujar Prof. Abdul Mu'ti.


Abdul juga menegaskan, bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan membutuhkan partisipasi semesta. 


"Hal ini karena kita semua menyadari bahwa tidak semua layanan pendidikan itu dapat dipenuhi sepenuhnya oleh pemerintah. Sehingga, karena itu maka public participation atau community based education itu perlu kita berikan ruang dan kita berikan afirmasi sebagai bagian dari bentuk-bentuk kemitraan pemerintah dengan masyarakat,” imbuhnya.


​Gogot Suharwoto selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dalam laporannya menjelaskan tujuan dari penyelenggaraan apresiasi ini.


​“Kegiatan ini untuk memberikan apresiasi atas praktik baik yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan sekaligus memberikan motivasi dan inspirasi dari dinas-dinas pendidikan yang lain dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan,” pungkasnya.


​Prestasi Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Banyuwangi melalui Rindu Bulan membuktikan, bahwa inovasi berbasis kearifan lokal yang didukung komitmen kuat dalam akses pendidikan demi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mampu menciptakan solusi nyata dalam menuntaskan wajib belajar 13 tahun, memastikan tidak ada satupun anak di Banyuwangi yang putus sekolah. (sf)