
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Masyarakat Desa Segobang, Kecamatan Licin, Banyuwangi, kembali merayakan tradisi budaya mereka yang sudah turun-temurun, yaitu "Jenang Suro." pada Minggu (30/7/2023).
Tradisi yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh orang Osing ini menjadi momen istimewa yang tidak hanya mempererat kerukunan warga, tetapi juga melestarikan nilai-nilai luhur dan warisan budaya lokal.
Tradisi Jenang Suro merupakan perayaan yang dipercayai memiliki makna khusus bagi masyarakat setempat. Digelar pada bulan Suro, acara ini menjadi simbol penting dalam menjalin silaturahmi dan memperkuat persatuan warga Desa Segobang.
Jenang Suro merupakan makanan tradisional, hampir sama dengan bubur ayam namun diracik dengan bumbu rempah sehingga menghasilkan warna kekuningan. Diatasnya diberi lauk kering tempe, kacang, telur, dan timun.
Bahan-bahan untuk membuat Jenang Suro sebagian besar didapat dari hasil bumi pertanian warga desa setempat. Soal pendanaan, dilaksanakan warga secara swadaya, seperti ada yang urunan beras, singkong, sayur mayur, dan bahan lainnya.
Tradisi ini mengundang partisipasi dari seluruh warga, sejak pagi ibu-ibu berkumpul di dapur umum yang dibuat untuk memasak bersama. Suasana gotong-royong terlihat saat mereka bersama-sama mengaduk masakan.
"Ini tradisi Jenang Suro sudah turun-temurun mulai nenek moyang kita sejak dahulu, bahkan sebelum adanya kemerdekaan," kata Abdul Rouf, Ketua Adat Pelaksana Jenang Suro Desa Segobang.
Ia menambahkan, Jenang Suro akan dibagikan ke masyarakat, selanjutnya dilaksanakan selamatan doa bersama. Turut dimeriahkan juga dengan seni pertunjukan kendang kempul, musik tradisional Banyuwangi.
Tradisi Jenang Suro menjadi bukti nyata bahwa kekayaan budaya Indonesia, terutama Banyuwangi, tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi.
Masyakarat berharap semoga tradisi ini terus berlanjut dari generasi ke generasi, membawa makna dan pesan kebersamaan yang semakin mendalam bagi warga Desa Segobang dan Indonesia pada umumnya. (rq)