
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Kelas Oase yang rutin dilaksanakan Pusat Bantuan Hukum (PBH) Oase, kali ini kedatangan mantan stafsus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) era Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid atau dikenal Gus Dur.
Ulika Triyoga Putra Wardana adalah mantan Staf Khusus (Stafsus) Bondan Gunawan yang dulu menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) era Gus Dur. Alumni GMNI yang akrab disapa Ulika tersebut kini berprofesi sebagai Head of Relations & CID di Pertamina.
Kelas Oase ini dihadiri oleh seluruh anggota PBH Oase dan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) komisariat hukum di Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Banyuwangi pada Sabtu (22/06/2024) siang.
Menurut Ulika, peserta diskusi harus tetap berani melakukan proses kreatif, apapun situasinya. Dia juga menyarankan untuk menemukan zamannya masing-masing, karena zaman yang lalu berbeda dengan zaman sekarang.
"Temukan zamanmu dan tandai zaman kalian masing-masing, karena setiap zaman memiliki tema dan tandanya sendiri-sendiri. Zaman saya berbeda dengan zaman saat ini, di mana era teknologi informatika begitu cepat, perubahan sangat revolusioner, segera melakukan proses adaptasi dan tetap belajar terus menerus," kata Ulika.
Selain itu, dalam kegiatan yang berlangsung, Ulika menyampaikan kepada peserta yang tergabung sebagai kader GMNI bahwa pentingnya ilmu yang diperoleh di organisasi ini.
Dia juga mengungkapkan bahwa sebagai kader mereka harus menyadari bahwa organisasi ini memberikan kontribusi besar dalam pengembangan soft skill, leadership skill, dan management skill banyak keterampilan lainnya.
"Itu harus disadari dan itu didapatkan secara cuma-cuma melalui beraktifitas di GMNI. Tadi saya sampaikan, dapat kemampuan presentation skill, negotiation skill, management skill dan skill-skill lainnya yang didapat secara sadar maupun tidak sadar ketika beraktifitas di dalam organisasi," ungkapnya.
Dari hal itu, Ulika mengatakan bahwa keterampilan maupun bekal tersebut sangat bermanfaat ketika nantinya berkiprah di masyarakat. Karena organisasi ini, di samping mendapatkan keterampilan, mereka juga akan dibekali dengan wawasan ideologi.
"Itu penting dan harus disadari oleh setiap kader GMNI. Dia jadi bukan karena dirinya sendiri, tapi GMNI memberikan kontribusi yang luar biasa dan itu gratis," jelasnya.
Sementara itu, Ulika berharap agar kader GMNI segera menyadari bahwa ilmu yang diperoleh di organisasi ini bukanlah hal yang sia-sia. Ini merupakan investasi untuk bekal ke depan, baik dalam bidang politik maupun profesionalisme.
Sebagai kader GMNI, mereka juga diharapkan memiliki wawasan dan ideologi kebangsaan serta nasionalisme, yang didukung dengan kemampuan profesionalisme masing-masing.
"Itu harapan saya, jadi jangan sampai alumni GMNI atau kader GMNI lulus bingung cari kerja. Kalian harus menjadi solusi bukan jadi masalah, jadilah oase di tengah situasi keringnya kesadaran berbangsa dan bernegara" pungkasnya. (*)