
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Ratusan pelajar sekolah dasar (SD) di Banyuwangi terindikasi sebagai perokok aktif. Temuan itu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pelajar di Banyuwangi menggunakan Smokerlyzer, alat medis yang digunakan mengukur kadar karbon monoksida (CO) dalam pernapasan seseorang, khususnya mereka yang merokok atau terpapar asap rokok.
Pemeriksaan itu menyasar 44.917 pelajar yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Pemeriksaan gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo ini menyasar anak usia sekolah pada rentang usia 7-18 tahun
"Dari 35.372 pelajar SD yang telah diperiksa, sekitar 2,2 persen atau 792 diantaranya terindikasi perokok aktif," terang Plt. Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat.
Hasil itu turut dibuktikan melalui pengakuan siswa. Melalui penggunaan alat medis Smokerlyzer untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dalam napas, yang berfungsi untuk menilai dampak merokok aktif.
“Perbandinganya seperti dari 100 orang itu ada 2 sampai 3 orang yang merokok,” papar Amir.
Sedangkan untuk pelajar SMP, 425 atau 5,1 persen terindikasi perokok aktif, dari yang telah diperiksa sebanyak 8.292 anak. Jika dibandingkan dari 20 orang 1 orang telah menjadi perokok aktif.
Kemudian untuk pelajar SMA ditemukan perokok aktif sebanyak 179 atau 14,3 persen dari yang telah diperiksa sekitar 1.253 anak. Atau setiap 10 orang itu ada 1 sampai 2 orang yang merokok.
“Setelah dia mengaku dan dicek menggunakan Smokerlyzer nanti terlihat memang ada nikotin di paru-parunya,” terang Amir.
Amir juga menyebut, alasan para pelajar tersebut mencoba merokok diantaranya hanya coba-coba, kemudian ikut-ikutan temannya merokok, karena pelariannya kalau stres merokok dan alasan yang bikin geleng-geleng kepala adalah ikut orang yang dihormatinya merokok.
“Seperti gurunya, ustadnya, hingga orang tuanya. Kurang lebih 30 persen alasan dari pelajar tersebut ikutan orang yang dihormatinya merokok,” tuturnya.
Untuk mencegah semakin meluasnya perokok aktif di kalangan pelajar. Dinkes Banyuwangi berupaya menggencarkan Gerakan Sekolah Sehat (GSS), sebuah program yang bertujuan membentuk budaya hidup sehat di lingkungan sekolah melalui lima pilar sehat seperti makanan bergizi, fisik, imunisasi, jiwa, dan lingkungan dengan diimplementasikannya pada program Sekolah Asuh Sehati (SAS).
“Selain itu juga memasifkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada guru,” ujar Amir.
Untuk upaya jangka panjang, Banyuwangi menunjuk Stikes dengan didampingi oleh tim dari Universitas Indonesia (UI) akan menyusun Peraturan Daerah (Perda) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Jadi nanti disekolah, dikantor, di ruang publik tidak boleh aktivitas merokok, dan akan disediakan secara khusu ruang untuk merokok,” jelas Amir.
Amir berpesan kepada guru hingga orang tua untuk terus mengawasi anaknya. Dirinya meminta supaya menjadi role model yang baik bagi siswa atau anaknya.
“Buatlah lingkunganya yang baik untuk anak, jauhkan dari lingkungan yang memiliki pengaruh kurang baik untuk anak,” ujarnya. (ep)