Universitas PGRI Banyuwangi Atasi Pencemaran Laut dengan Kapal Penangkap Limbah Padat Cair

20240117_145320.jpg Kapal Jagowangi Rancangan UNIBA dan Blambangan Bahari Shipyard (BBS)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Universitas PGRI Banyuwangi (UNIBA) berinovasi merancang kapal berteknologi tinggi bernama Jagowangi, yang menjadi solusi inovatif dalam penanganan pencemaran laut.


Dengan kolaborasi bersama Blambangan Bahari Shipyard (BBS) dari Kecamatan Muncar, proyek ini mendapatkan dukungan melalui program Matching Fund dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.


Kapal Jagowangi merupakan kapal trash skimer boat, didesain dengan teknologi yang mampu menangkap limbah padat dan cair yang ada di permukaan air. 


Dr. Ikhwanul Qiram, S.T., M.T dan timnya dari Fakultas Teknik UNIBA menciptakan kapal ini sebagai alternatif untuk mengurangi dampak negatif aktivitas kapal di kawasan pesisir.


Perlu diketahui, UNIBA menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta se-Besuki Raya yang meraih program Matching Fund ini. 


Ikhwanul Qiram menerangkan gagasan pembuatan kapal ini dilatarbelakangi tingginya pencemaran laut yang ada di Banyuwangi. Khususnya Muncar yang menjadi salah satu pelabuhan penangkapan ikan terbesar di Indonesia.


Sebagai pelabuhan terbesar, aktivitas kapal di wilayah itu terbilang tinggi. Aktivitas itu membawa beberapa masalah baru tentang pencemaran lingkungan. 


Melansir dari sejumlah data Hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur, Qiram mengatakan pada tahun 2013 menunjukkan laut Muncar mengandung zat amonia dan padatan terlarut yang melebihi baku mutu.


Sedangkan limbah padatan terlarut (total suspend solid/TSS) di laut Muncar lebih dari baku mutu 80 ppm dengan kadar amonia total (NH3-N) mencapai 0,974 ppm. 


Ia menjelaskan bahwa, aktivitas lainnya seperti proses penggantian oli, penanganan perlengkapan ganti oli, limbah kaleng bekas oli dan lain-lain pada kapal adalah salah satu penyebab meningkatnya kerusakan ekosistem laut. 


"Sehingga kapal Jagowangi ini adalah salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran limbah yang ada di kawasan pesisir," kata Qiram yang juga Dekan Fakultas Teknik Uniba, pada Rabu (17/01/2024). 


Pria yang meraih gelar Doktoral dari Universitas Brawijaya menyebut trash skimmer boat memiliki dua fungsi yaitu menyerap limbah padat maupun limbah cair. 


Cara kerjanya, sisi haluan pada trash skimmer boat Jagowangi dilengkapi dengan conveyor belt, conveyor belt tersebut berada di haluan, bisa dinaik-turunkan sesuai kebutuhan. 


Selain conveyor, trash skimmer boat ini juga dilengkapi dengan teknologi pemisah tumpahan minyak-air di laut atau disebut Oil water separator tipe cyclone. 


Kapasitas tampung bak mencapai 1,5 ton untuk limbah padatan. Sementara untuk limbah cair kapal ini mampu menampung 50 liter limbah cair per jamnya. 


Bahkan kapal ini juga dilengkapi radar pendeteksi sampah pun juga perlengkapan K3 dasar untuk menunjang kemanan awak kapal. 


Mendatang, lanjut Qiram, implementasi teknologi ini akan dimanfaatkan bersama dengan kelompok masyarakat pengelola peduli lingkungan pesisir terutama dalam mengkampayekan program konservasi terumbu karang. 


"Hingga saat ini proses penjajakan kerjasama dalam pengelolaan masih dilakukan agar pemanfaatan teknologi trash skimmer boat dapat secara optimal dilapangan. Selain itu, teknologi ini kedepan juga menjadi dukungan bagi para mahasiswa dan Dosen dilingkungan Universitas PGRI Banyuwangi untuk sarana penunjang pembelajaran khususnya dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka," jelasnya.


Apresiasi disampaikan oleh Rektor Uniba yg diwakili oleh Ketua LPPM uniba Dr. Agus Mursidi terhadap kerjasama yang sangat memuaskan dan menharumkan nama uniba ini. Ia berharap akan banyak lagi inovasi yang dilahirkan oleh para akademisi UNIBA. 


"Mendatang kita akan terus bekerja dan berinovasi untuk perkembangan untuk penunjang dunia usaha maupun pendidikan," terangnya. 


Direktur BBS, Fellik Widodo S.T., M.Pd menyebut bila Trash Skimmer Boat Jagowangi bisa dikatakan jadi salah satu masterpiece yang pernah dibuat perusahaannya. 


Alasannya karena kapal pembersih sampah dengan teknologi serupa sangat jarang di Indonesia. 


Pengerjaan kapal ini membutuhkan waktu 4 bulan terhitung sejak blueprint Jagowangi ini disodorkan pada September lalu. 


Perancangan kapal terbilang cukup menantang karena pembuatannya memerlukan ketelatenan dan banyak aspek yang diperhitungkan. 


Tidak hanya bagaimana cara berakselerasi, namun kemampuan kapal menyerap polutan juga menjadi pertimbangan utamanya. 


"Kapal-kapal semacam ini banyak digunakan oleh aktivis lingkungan di luar negeri. Itupun biayanya sangat mahal bisa mencapai miliaran. Saya sangat mengapresiasi UNIBA bisa merancang kapal dengan ide serupa namun dengan budget yang jauh lebih murah," kata Fellik.


Fellik mengaku ide dan gagasan Jagowangi telah menginspirasi sejumlah instansi untuk membuat kapal dengan teknologi serupa. Salah satu yang sudah melirik teknologi ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan. 


"Mereka sudah bertanya-tanya tentang Jagowangi. Kemarin mereka meminta dibuatkan kapal dengan model serupa tapi dengan ukuran yang lebih besar dan ada teknologi baru untuk penyempurnaan pengolahan sampah langsung di atas kapal," ujarnya. 


Pengalamannya bekerjasama dengan banyak perguruan tinggi, kata Fellik, bermitra dengan UNIBA tercatat menjadi yang paling menarik. 


Menurut Fellik, akademisi di UNIBA memiliki etos kerja tinggi dalam menjalankan riset dan selalu memiliki gagasan ide luar biasa. 


Bahkan, kata Fellik, semangat dosen dan mahasiswa UNIBA dalam berinovasi jauh lebih tinggi ketimbang kampus-kampus lainnya. 


Mendatang pihaknya pun sangat terbuka untuk berkolaborasi kembali dengan UNIBA dalam mengembangkan inovasi di bidang perkapalan.


"Banyak sekali ide-ide yang masih perlu dikembangkan. Perguruan tinggi ini kan punya banyak waktu untuk melakukan riset. Mendatang kami sangat terbuka untuk berkolaborasi," tutupnya. (*)