
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Belasan siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum 2, Dusun Rejosari, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi terpaksa mengikuti pelajaran sekolah di serambi masjid. Pasalnya, atap ruang kelas yang mereka tempati ambruk.
Tercatat ada 16 siswa dari kelas 5 dan 6 terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di serambi Masjid Al Idrisy. Lokasinya masih satu lingkungan dengan sekolah.
Kepala Sekolah Miftahul Ulum 2 Abdul Basid menyebut proses KBM di serambi masjid terpaksa dilakukan karena tak ada ruang kelas cadangan untuk belasan murid tersebut. Ke-16 murid terlihat khusyuk mengikuti setiap materi pelajaran sekolah di serambi masjid.
"Kita hanya ada enam ruang kelas yang peruntukannya untuk masing-masing kelas. Sedangkan gedung yang dipakai ruang kelas 5 dan 6 itu atapnya runtuh," kata Abdul Basid, Sabtu (12/04/2025).
Gedung yang atapnya ambruk itu terdiri dari dua lantai. Meski tak mengalami kerusakan pada lantai bawah namun bayang-bayang tertimpa genting dan reruntuhan atap lantai dua jelas mengancam murid.
Sehingga, lanjut Basid, pihaknya mau tak mau harus merelokasi seluruh murid. Dan tak memaksakan menggunakan ruang yang ada di lantai 1 untuk KBM.
"Keselamatan siswa menjadi prioritas kami meskipun harus belajar di serambi masjid sekalipun," ujarnya.
Proses relokasi itu ternyata sudah dilakukan pihak sekolah jauh hari sebelum atap ambruk. Karena kayu penyangga atau kuda-kuda atap sudah terlihat bengkok.
Sebab itu akhirnya pihak sekolah memutuskan merelokasi muridnya belajar ke serambi masjid. Antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita sudah pindahkan mereka ke serambi masjid sejak awal puasa lalu. Sedangkan ambruknya atap terjadi pada Senin 24 April 2025. Kurang lebih sudah satu bulan belajar di serambi masjid," jelas Abdul Basid.
Kendati belajar tanpa bangku dan kursi nyatanya belasan siswa itu masih semangat mengikuti tiap-tiap materi yang disampaikan guru. Abdul Basid mengaku anak asuhnya tak ada satupun yang mengeluh akan kondisi ini.
Justru ini menjadi letupan semangat muridnya di tengah keterbatasan ruang kelas dan sarana pendukungnya.
"Siswa semangat dan tak pernah mengeluh. Alhamdulillah anak-anak cukup memahami kondisi yang terjadi termasuk wali murid sekalipun," ungkapnya.
Abdul Basid mengaku pihaknya sudah melapor terkait kerusakan atap ruang kelas ini kepada pihak terkait. Diantaranya, pengawas madrasah, LP Ma'arif NU, dan Kementerian Agama Kabupaten.
Namun belum ada progres menyoal pembenahan bangunan ruang kelas tersebut."Dari pihak pengurus yayasan sendiri juga belum bisa melakukan pembenahan sampai hari ini. Mudah-mudahan minggu ini ada kabar baik," tambahnya. (ep)