Menjadi Petani di Usia Muda, Gen Z Asal Banyuwangi Ini Bangga Meneruskan Warisan Keluarga

petani_muda_banyuwangi_2025_by_riqi.jpg Alfin (Kanan) dan Temannya saat Memanen Cabai Merah di Wilayah Wongsorejo, Banyuwangi (Foto: Riqi/BWI24Jam)

BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Di tengah tren anak muda merantau ke luar kota demi pekerjaan “kekinian”, seorang pemuda asal Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi justru mengambil jalur yang berbeda. Namanya Alfin Putra Armanda, 19 tahun, lulusan SMK yang mantap memilih jadi petani.


Berada di pelosok utara Banyuwangi, Alfin tak sekadar bertani. Ia memimpin gerakan kecil yang inspiratif. Bersama empat kawannya, ia membentuk komunitas bernama Anak Tani, yang fokus menekuni pertanian secara mandiri.


"Saya ingin di Indonesia ini bertani tidak hanya di usia tua, tapi di usia muda," kata Alfin kepada BWI24Jam, Rabu (16/04/2025).


Keputusan ini tentu bukan tanpa tantangan. Di daerahnya, bertani cabai merah dianggap nekat, bahkan oleh sesama petani. Cabai merah dikenal sulit dan mahal dalam perawatan.


Namun Alfin tak gentar. Ia menyiapkan lahan khusus untuk riset sejak empat bulan terakhir dan menanam 1.700 batang cabai merah.


“Di Wongsorejo ini setau saya susah yang berhasil tanam cabai merah. Tapi saya ingin membuktikan bisa. Target saya, dari 1.700 batang bisa panen 1 ton,” katanya.


Kelak, bila formula tanam yang ia uji berhasil, Alfin akan melakukan penanaman masif di lahan warisan almarhum ayahnya seluas dua hektar. Ia memperkirakan butuh modal Rp 120 juta yang sebagian besar berasal dari tabungan keluarga.


“Saya bisa sejauh ini karena dukungan penuh dari keluarga dan belajarnya dari teman-teman dan juga mentor yang berpengalaman,” tuturnya.


Ia sengaja memilih cabai merah—komoditas yang dikenal paling sulit di wilayahnya—bukan untuk mencari tantangan semata, tapi sebagai pijakan belajar. Baginya, jika bisa menaklukkan yang tersulit, maka menanam jagung atau cabai rawit yang juga mereka budidayakan akan terasa lebih mudah. 


Alfin bukan hanya petani muda biasa. Ia juga aktif membuat konten video seputar aktivitas bertaninya, membagikannya di media sosial sebagai sarana edukasi dan inspirasi. Sembari bertani, ada anggota komunitasnya juga tetap melanjutkan kuliah.


Inspirasi Alfin tak lepas dari sosok sang ayah, Suparman (alm.), seorang guru honorer yang banting setir menjadi tengkulak cabai rawit. Dari sang ayah, Alfin belajar arti kerja keras dan ketekunan dalam dunia pertanian.


Kini, lewat Anak Tani, Alfin dan kawan-kawannya membawa satu semangat: Meneruskan Warisan -yang dijadikan tagline Anak Tani-.


"Makanya tagline kami Meneruskan Warisan, maksudnya kami bukan menghabiskan atau menjual warisan, tapi meneruskan," ucapnya. (rq)