
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Yayasan Rijig Pradana Wetan (YRPW) menggelar acara bertajuk Diseminasi Program Pendampingan Sistem Pengelolaan Sampah di Desa dan Kelurahan Tahun 2025 di Ball Room eL Hotel Banyuwangi pada Kamis (05/12/2024).
Acara ini menjadi momentum penting dalam upaya peningkatan sistem pengelolaan sampah di wilayah Banyuwangi sekaligus penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk kerja sama pendampingan beberapa desa.
Program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif yang dimulai pada tahun 2020 dengan nama CLOCC (Clean Ocean Through Clean Communities). CLOCC bertujuan mengatasi pencemaran sampah plastik di laut dan memperbaiki sistem pengelolaan sampah di daratan.
Hingga kini, program ini telah melibatkan pendampingan di 14 desa dan 1 kelurahan di Banyuwangi. Tahun 2025, program ini akan meluas ke Kelurahan Kertosari serta Desa Olehsari, Pesanggaran, dan Karangdoro.
Program CLOCC ini dijalankan melalui kerja sama dengan beberapa pihak internasional dan nasional, termasuk Sirk Norge yang berbasis di Norwegia, ISWA (International Solid Waste Association), dan INSWA (Indonesia Solid Waste Association).
Selain itu, program ini mendapat dukungan dari NORAD (The Norwegian Agency for Development Cooperation). Bentuk kerja sama ini mencakup pendanaan, pendampingan teknis, serta penyusunan master plan untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Ketua Yayasan Rijig Pradana Wetan, Bibit Suwiji, menjelaskan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan utama untuk menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah.
“Kegiatan ini untuk memberikan semangat langsung ke masyarakat bahwa pemerintah kabupaten, pemerintah desa, hingga NGO dan Yayasan kami menunjukkan suatu hasil. Kami berharap hal tersebut menjadi dorongan bagi masyarakat untuk sadar menjalankan program pengelolaan sampah,” ujar Bibit kepada BWI24Jam, Kamis (5/12/2024).
Ia melanjutkan bahwa terdapat perluasan cakupan program ke desa dan kelurahan baru.
“Saat ini, kami tambah lagi 3 desa dan 1 kelurahan. Targetnya yaitu untuk pengelolaan sampah mandiri, agar permasalahan sampah selesai di tingkat desa. Pengelolaan ini berbasis pada lima aspek utama: kelembagaan yang legal, regulasi, tim teknis, pendanaan, dan kultur budaya masyarakat,” jelas Bibit.
Bibit Suwiji turut menyebutkan beberapa desa yang telah berhasil menjalankan program ini, seperti Desa Segobang, Glagah, Tamansari, dan Purwodadi serta lainnya yang sudah berjalan.
“Keberhasilan desa-desa tersebut menjadi bukti bahwa kolaborasi antar pemangku kepentingan dapat menciptakan perubahan nyata,” tambah Bibit.
Sekretaris Daerah Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi, Dwi Yanto, juga memberikan pandangan terkait peran pemerintah daerah dalam mendukung program ini.
“Pemkab Banyuwangi melalui kebijakan bupati mengamanatkan seluruh aparat bahwa permasalahan sampah selesai di tingkat desa. Kebetulan program CLOCC ini melakukan pengelolaan sampah berbasis desa, memberikan advice, sarana prasarana, serta master plan jangka panjang,” ungkapnya.
Dwi Yanto menambahkan bahwa pemerintah daerah turut melibatkan pihak terkait dalam pelatihan teknis.
“Kami bersama Dinas Ketenagakerjaan dan balai pelatihan melatih operator untuk menjadi pekerja hijau yang profesional. Dengan tambahan 3 desa dan 1 kelurahan baru, diharapkan semakin banyak desa yang menjadi mandiri dalam pengelolaan sampah. Komitmen dari kepala desa juga sangat diperlukan,” pungkasnya.
Dalam acara ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Banyuwangi, serta camat dan kepala desa dari beberapa wilayah di Banyuwangi.
Semangat kolaborasi yang terbangun dalam acara ini menjadi langkah nyata menuju pengelolaan sampah yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih di Banyuwangi. (br)