
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia Muhadjir Effendy kunjungi Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi, pada Kamis (07/03/2024) sore.
Dalam kunjungannya, Menko PMK didampingi oleh Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah, Camat Wongsorejo Achmad Nuril Falah, Kapolsek Wongsorejo AKP Eko Darmawan, hingga Kepala Desa Bangsring Sutoyo dan disambut langsung oleh H. Ikhwan Arief selaku Owner Bangsring Underwater.
Kedatangan Muhadjir Effendy tersebut didampingi jajaran pejabat terkait di lingkungan Kemenko PMK, meliputi Kepala Deputi 1 bidang Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Deputi 2 bidang Pemerataan Pembangunan Wilayah hingga Deputi 3 bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Kependudukan, guna meninjau secara langsung giat kelompok nelayan dalam mengembangkan pariwisata berbasis pantai.
Dalam dialognya bersama kelompok nelayan, Muhadjir Effendy yang juga pernah menjabat sebagai Mendikbud itu mengaku terkesan dengan pesatnya kemajuan pembangunan Kabupaten Banyuwangi khususnya di sektor pariwisata, terlebih di tahun ini angka kemiskinan ekstrim di Banyuwangi mengalami penurunan.
“Mudah-mudahan angka (miskin ekstrim) 04,3 itu bisa jadi 0 (untuk Banyuwangi). Tempat yang paling tinggi itu (angka keluarga miskin) di Kecamatan Kabat, Pak Wabup. Itu ada 3.664 keluarga (masih kategori miskin),” beber Muhadjir kepada para peserta dialog.
Selain menyoroti soal angka kemiskinan, dalam dialog tersebut Menko PMK tidak banyak berbicara dan lebih banyak ingin mendengar dan menindaklanjuti keluhan para nelayan yang beririsan dengan wilayah kerja dan koordinasinya.
Di antaranya salah satu peserta yang juga merupakan pengelola Bangsring Underwater, Sukirno menyampaikan pada sesi dialog tersebut, bahwa para nelayan yang tergabung dalam Pokdarwis sudah berhasil mengonversi berbagai jenis sampah yang terbawa arus lautan ke daratan menjadi produk mentah atau pun setengah jadi yang memiliki nilai manfaat dan ekonomi.
Harapannya pihak pemerintah dapat mendukung dengan menyokong kapitalisasi usaha-usaha inovasi penanganan sampah tersebut ke tingkat yang lebih baik.
Seperti sampah plastik yang tuturnya sudah dapat diolah menjadi bahan bakar minyak yang setara premium, namun karena teknologi yang dimiliki masih sederhana dan hanya satu saja, dia mengaku bahwa pemrosesan yang cukup panjang dan banyaknya sampah yang diolah tidak setimpal dengan yang dihasilkan, hingga pengakuaannya aktivitas inovasi ini masih belum bisa mendongkrak secara ekonomi.
“Di Bangsring Underwater sendiri kita sudah ada namanya Bank Sampah. Kita juga sudah ada pengelolaan sampah plastik menjadi BBM, Pak. Ada juga sampah gelondongan kelapa. Ini biasanya dari Sulawesi. Nah, ini kita olah pak, batok kelapanya kita bakar kita jadikan arang kita jadikan briket. Briket ini masih manual Pak, dipencet-pencet pake tangan, Pak. Jadi lumayan buat jempol-jempol pengelola bank sampah besar (membengkak),” tutur Sukirno.
Selain inovasi di bidang pengelolaan sampah. Ikhwan Arief selaku pimpinan Bangsring Underwater juga mempresentasikan kepada Menko PMK bagaimana asal mula para nelayan yang di medio perintisan wisata tersebut cukup bebal dengan kekeh mempertahankan cara-cara menangkap ikan yang merusak ekosistem laut, menjadi penjahat lingkungan, seperti menggunakan bom, potasium dan semacamnya hingga sampai di titik sekarang dengan diedukasi sudah dapat menjadi pioner utama yang mendukung konservasi ekosistem laut dengan ikut menjaga kelestarian.
Mengapresiasi hal tersebut, Muhadjir Effendy secara spesial menuliskan sebuah piagam ‘basah’ dengan tangannya sendiri yang dituliskannya saat berada di atas rumah apung yang menjadi ikon utama.
“Bangsring Underwater ini sangat inspiratif bagi pejuang lingkungan mampu membalikkan sikap warga dari penjahat lingkungan menjadi pejuang lingkungan sejati. Hebat.” tertanda Muhadjir Effendy, Menko PMK.
Secara runut, aktivitas Muhadjir di Bangsring Underwater selama di lokasi cukup padat, dimulai dialog dengan nelayan bertempat di aula terbuka. Dilanjut dengan memberikan santunan dan bansos, mencoba mesin alat tukar sampah menjadi uang koin, taman baca mini, mendengar pelaku UKM di sekitar wisata, meninjau alat pengelola sampah menjadi BBM dan briket, menanam terumbu karang dari atas rumah apung, hingga diakhiri dengan menikmati suguhan tarian gandrung khas Banyuwangi. (*)
Penulis: Moh. Rizky [MG]