
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Berani mati tapi tak berani kelaparan, wabil khusus telat rokokan. Guyonan seperti itu sering tersemat dan disematkan sendiri oleh para sahabat --sebutan anggota -- Ansor. Kondisi eksis pada sejumlah kecil dari raksasa bernama Gerakan Pemuda Ansor itu tampaknya menjadi kalimat sambung yang disepakati oleh banyak pihak. Meski jika mau agak mencermati agak serius saja, kader Ansor yang gawat megawat lebih banyak.
Dan, tampaknya kesadaran mengubah diri baik melalui branding ataupun capacity building lainnya sudah mulai ketara. Salah satunya dilakukan oleh Ansor Banyuwangi. Organisasi yang kini dinakhodai Arvy ini tampaknya mulai sedang mengubah diri, terlihat dari perkara yang cukup sederhana. Branding nama, bukan lagi Mbanyuwangi atau Banyuwangi, tetapi "Ansor BWX", bukan BWI. Kode BWX adalah kode resmi untuk nama Bandara Banyuwangi berdasarkan IAITA. Dan tampaknya Ansor Banyuwangi sengaja memilih kode infrastruktur transportasi dengan kasta tertinggi untuk branding namanya.
Branding yang saya temui pada selebaran woro-woro pelantikan ini menjadi sesuatu hal yang cukup menarik saya, selain pemilihan tempat di BPVP, bukan pendopo.
Saya mencoba memberanikan diri menjawab sendiri rasa penasaran yang bermunculan ini. Semoga uraian ini bisa menjadi bentuk rasa dan bagian dari mangayu bagyo pelantikan sahabat Ansor BWX.
Istilah BWX belakangan ini semakin akrab di benak warga Banyuwangi, dan tentu warga di luar Banyuwangi pengguna jasa penerbangan yang pernah ke ujung timur Pulau Jawa.
Tentu, pemilihan 3 deret huruf ini menjadikan brand Ansor Banyuwangi semakin kekinian. Coba Anda bandingkan, meski berasa sama arti akan beda jika disebut Ansor BWI, dalam dunia perhubungan transportasi BWI lebih identik dengan singkatan yang ditulis pada panel depan bus antar kota antar provinsi, regional dan akan selalu melalui jalur Baluran atau Gunung Gumitir.
Berbeda dengan BWX, dia adalah bandara tempat berlabuh pesawat yang bisa terbang di atas dua titik itu dalam satu kali waktu. Bandara merupakan sebuah tempat meet up untuk bersiap melaju secara cepat, tepat dan terukur ke tujuan. Dari lokal kemudian mengglobal. Dan tentu yang ditumpangi pesawat, bukan bus patas ataupun telolet.
BWX (simbol dunia aviasi) tentu lebih cocok untuk menyimbolkan dinamika kebutuhan dan tuntutan organisasi Ansor saat ini. Bandara sangat berbeda dengan pelabuhan laut. Proses pengukuran, penerapan K3 jauh lebih ketat. Mulai dari harga tiket, manifes, ketentuan juga lebih tinggi. Lagi-lagi, sudah tepat Ansor BWX, bukan Ansor IDKTG (pelabuhan Ketapang)
Seperti halnya bandara dan ketentuan dunia penerbangan, tampaknya Ansor Banyuwangi menginginkan kebaruan yang baik dan peka jaman. Segalanya terukur dan terprogram di awal. Banyak namun tidak berlebihan, cepat dan bukan tergesa. bergerak cepat, berpikir tinggi, dan tetap terkoneksi dengan dunia luar dengan akar lokal menjadi titik tumpuan.
Semoga selama kepengurusan pengurus yang baru boarding ini, bisa sungguh-sungguh mencontoh dan menerapkan aturan keselamatan seperti pada dunia aviasi. Mulai dari flight plan (rencana terbang/kegiatan) yang disusun secara baik. Semua rencana dan kegiatan Ansor harus dirancang dengan baik dan terukur agar meraih predikat zero accident.
Accident dalam sebuah organisasi tentu segala hal yang bertentangan dengan aturan ataupun kegagalan koordinasi komunikasi antar pengurus dan anggota, atau dalam dunia ke-Ansor-an yang paling jamak yakni kondisi panitia temblong mburi di setiap kali kegiatan.
Selanjutnya maintenance yang rutin, bagaimana pun Ansor adalah organisasi kader. Sehingga mesin organisasi dan elemen pendukung harus dirawat sebaik mungkin. Proses pelatihan, pendidikan kaderisasi harus runut dan runtut serta menjaga hirarki yang saling memuliakan antar anggota dan pengurus. Sehingga ideologi dan kebanggaan anggota tertanam dengan baik.
Tidak ketinggalan, fungsi dan peran Air Traffic Control (ATC) yang biasanya menjadi penghubung antar awak pesawat dengan bandara harus diperankan. Dalam hal ini koordinasi dan manajemen organisasi harus selaras dan seimbang. Komunikasi yang baik dan lancar antara pimpinan dan anggota merupakan mesin penggerak dinamika organisasi.
Selain itu, gate dan boarding merupakan wajah sebuah bandara yang akan selalu diingat para penumpang atau siapapun yang berada di area Bandara. Pelayanan semua orang baik penumpang (anggota) maupun non penumpang menjadi keutamaan yang harus disiapkan secara optimal oleh Ansor Banyuwangi. Ansor bisa hadir di tengah kegiatan warga dusun hingga event nasional dengan segala jawaban atas persoalan yang ada.
Sehingga keberadaan Ansor sebagai tempat memulai keberangkatan menuju hal baik benar bisa dirasakan semua kalangan. Kemudahan bekerjasama (user interface) serta pengalaman yang menyenangkan (user experience) terutama bagi anggota harus menjadi acuan pimpinan dalam menjadi pilot organisasi ini.
Dengan demikian, Ansor benar-benar bisa mengejawantahkan emblem BWX ke dalam aksi nyata untuk anggotanya, untuk NU maupun masyarakat luas.
Penyertaan BWX secara langsung juga menegaskan komintmen Ansor Banyuwangi untuk mengusung dan mengisi Banyuwangi yang up to date. Langkah ini juga merupakan branding Ansor Banyuwangi bersiap menjadi news maker untuk kebaikan Banyuwangi. Sebagaimana Ansor di Tanah Blambangan selalu menjadi ikon sejak era perjuangan pra kemerdekaan hingga revolusi Indonesia .
.
Kini, setidaknya guyonan Ansor memiliki banyak penerbang (pemain perkusi rebana dll) dijawab dengan cerdik oleh Ansor Banyuwangi. Semangat ini pastinya harus disertai kesadaran ambil peran nyata di dunia digital, ekosistem kreatif dan bidang garap lainnya. Ansor BWX adalah semangat interkonektivitas, kemajuan dan keberanian.
Beranjak terbang dengan pondasi lokal yang kuat untuk dikenalkan ke ruang yang lebih luas. Dengan sedikit penyesuaian, semangat ini sangat sesuai dengan syair yang akrab di telinga anak muda santri zaman dulu. Tentang komitmen kemandiran dan kepercayaan diri kaum muda. (*)
*Shulhan Hadi, Nahdliyin Peminat Kajian Pemberdayaan Sosial Masyarakat