Pelajar di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi Peringati Hari Pahlawan Nasional 2025 (Foto: Istimewa/BWI24Jam)
BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Suasana Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi mendadak semarak, Senin (10/11/2025). Ratusan pelajar dari MI NU 1 Grajagan dan TK Islamiyah Grajagan turun ke jalan meramaikan pawai Hari Pahlawan dengan mengenakan berbagai kostum ala pejuang kemerdekaan.
Sejak pagi, kawasan Pasar Curahjati dipadati warga yang antusias menyaksikan iring-iringan peserta pawai. Anak-anak berjalan rapi, membawa bendera merah putih sambil melantunkan lagu perjuangan dengan suara lantang.
Warga tak henti memberikan tepuk tangan dan semangat kepada para peserta yang tampak percaya diri mengenakan busana pejuang.
Kostum yang dikenakan para siswa sangat beragam. Ada yang tampil gagah dengan pakaian Laskar Sabilillah ada pula yang mengenakan seragam tentara pejuang kemerdekaan, hingga kostum tokoh pahlawan nasional seperti Pattimura, Jenderal Sudirman, dan Cut Nyak Dien.

Beberapa siswa kecil bahkan tampak membawa replika bambu runcing dan panji merah putih mini buatan sendiri. “Guru dan murid semua ikut cosplay. Kami berusaha menampilkan suasana perjuangan yang hidup,” ujar MO Humam Mu'ti, salah satu dewan guru MI NU 1 Grajagan, setelah acara.
Humam menuturkan, seluruh guru juga ikut ambil bagian dalam pawai, bahkan rela membuat kostum sendiri dari pakaian lama.
“Saya sampai memodifikasi seragam, melepas badge, dan menjahit ulang agar mirip baju pejuang tempo dulu. Semua demi semangat anak-anak,” ucapnya.
Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi cara sekolah menanamkan nilai nasionalisme sejak dini. Dengan mengenakan kostum pejuang, para siswa diharapkan bisa lebih memahami makna perjuangan dan menghargai jasa para pahlawan.
“Anak-anak zaman sekarang perlu mengenal sosok pahlawan, bukan hanya lewat buku. Mereka harus tahu, kemerdekaan yang kita rasakan hari ini lahir dari pengorbanan luar biasa. Dengan cara seperti ini, nilai perjuangan bisa mereka rasakan langsung,” tegas Humam.
Ia menambahkan, pawai dan pentas seni ini juga menjadi sarana belajar kreatif di luar kelas. Anak-anak bebas memilih tokoh pahlawan favorit mereka, kemudian diminta menjelaskan siapa tokoh itu dan apa jasanya bagi bangsa.
“Dengan begitu, mereka bukan hanya berdandan, tapi juga belajar meneladani sikap para pahlawan,” jelasnya.
Selain pawai, acara juga diisi dengan pentas seni bertema perjuangan di halaman sekolah. Ada pembacaan puisi perjuangan, drama tentang pertempuran Surabaya, hingga penampilan lagu-lagu nasional oleh siswa TK.
Salah satu warga, Siti Aminah (46), mengaku terharu melihat antusiasme para siswa. “Lucu-lucu dan semangat sekali anak-anaknya. Mereka seperti pahlawan kecil yang mengingatkan kita untuk terus menghargai perjuangan bangsa,” ujarnya.
Humam berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan setiap tahun dengan konsep yang lebih kreatif. “Peringatan Hari Pahlawan bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tapi juga mengingatkan kita semua agar terus berjuang dalam bentuk yang relevan dengan zaman sekarang. Kalau dulu melawan penjajah, sekarang perjuangan adalah melawan kemalasan, kebodohan, dan ketidakpedulian,” tutupnya. (ep)

